HARI itu terlalu banyak tawa sehingga menjadi mencurigakan. Lalu saat mereka melihat perkelahian di dekat kontainer Lev, suasananya langsung terasa berbeda. Itu jelas bukan bully, karena pemuda yang dipukuli itu bangkit lagi dan menyerang ketiga penyerangnya. Jadi Star mengira itu aksi balas dendam atau semacamnya. Lev dan Star saling berpandangan, seperti pemahaman tanpa terucap bahwa itu bukan urusan mereka.Bisa berbahaya terlibat dalam perkelahian karena Lev tinggal di situ dan berandalan itu bisa membalas dendam padanya kapan saja. Jadi mereka menulikan pendengaran dan menutup hati nurani lalu berjalan ke kontainer. Tapi begitu masuk ke dalam, Star sepertinya merasa terusik dengan itu. Jadi Lev menggenggam tangannya dan mengajaknya duduk di dekat terarium mereka. Gelas teh yang tadi pagi tak jadi diminumnya masih di sudut.
Walaupun gadis itu mengikuti Lev, tapi pikirannya masih mengulang kejadian di luar kontainernya, berharap perkelahian itu segera berhenti. Sayup-sayup mereka masih mendengar seruannya jadi mereka berdua tahu orang-orang itu masih di luar. Star menggenggam tangannya yang mengepal. Kepalanya tertunduk. Haruskah ia meminta Lev menyelamatkan orang itu? Bahkan dari jauh, Star mengenali figurnya yang jangkung. Rambut pirang dengan potongan berantakan dan gelagatnya saat ia menyerang ketiga lainnya. Star tak bisa menghilangkan wajah yang penuh luka dari benaknya.
“Star,” Lev memanggil, ia melihat Star masih memikirkan suara-suara di luar. Ia berjalan ke dapur, menaruh gelas teh dan mencari sesuatu di kulkas. Apa saja yang bisa mengalihkan Star seperti biasanya. Ia membawa buah ke meja tapi Star tak mengangkat wajahnya. “Kau mau aku memutar musik?”
Lev menimbang sebentar dengan tawarannya. Ia tak pernah menyalakan musik di tempatnya, sudah sangat lama sejak ia berhenti mendengarkan musik. Tapi mungkin Star membutuhkannya. Pemuda itu sudah setengah jalan ke meja komputernya ketika Star menghentikannya.
“Lev, kau harus menghentikannya.”
Dan Lev tahu ada yang berbeda. Tapi ia tak bertanya. Ia hanya melangkah keluar setelah menyuruh Star menelpon nomor darurat kalau-kalau mereka mendapat masalah. Ia melarang Star keluar, tapi gadis itu mengikuti agak ajauh di belakangnya. Ia melihat Lev meneriaki orang-orang yang sedang mengeroyok. Lalu ia menendangnya. Star tak tahu Lev bisa berkelahi, atau mungkin semua anak lelaki bisa berkelahi. Ia tak tahu. Tapi jelas Lev tak terlalu pandai menghadapi tiga lawan sekaligus. Sama seperti saat Star ikut campur di ulangtahun Lev itu, ketiga pemuda itu juga geram melihat Lev datang entah darimana dan mencampuri urusan mereka. Lalu mereka mulai menyerang Lev dengan tendangan dan pukulan, tapi Lev berhasil mengelak sekali, lalu jatuh berkali-kali. Lalu mereka terlibat perkelahian yang sengit. Star tak tahu dunia lelaki bisa jadi sekeras itu. Dan menyesal menyuruh Lev keluar. Ia segera berlari ke arah mereka dengan ponsel tersambung. Ia mengancam akan melaporkan perkelahian itu dan ketiga lelaki itu berhenti. Lev langsung menepis tangan berandalan yang telah menarik kerahnya. Ia pergi berdiri di depan Star, kalau-kalau para pemuda itu menyerangnya. Tapi mereka hanya menendang kerikil di bawah mereka dengan geram. Mereka mengacak-acak rambut mereka yang dicat dan menggunakan headband. Lalu menabrak pundak Lev dengan kasar sebelum pergi. Star merasakan ketakutannya saat itu dan berlindung di belakang punggung bidang Lev. Ia memutuskan sambungan telepon walaupun suara petugas keamanan sudah mengangkat di seberang telepon.
Lev berbalik memastikan Star tak apa-apa begitu ketiga pemuda itu pergi, lalu beralih pada pemuda yang masih terduduk di tanah berkerikil. Sepertinya terluka cukup parah.
“Kau baik-baik saja?”
Pemuda itu tak menjawab. Ia menghapus darah dari bibirnya yang pecah, lalu saat mendongak untuk melihat si penolongnya, ia melihat Star. Mereka saling bertatapan.
“Kau terluka. Kami punya obat di kontainer kami,” kata Lev lagi bermaksud sekalian menolong lukanya karena sudah terlanjur ikut campur.
Mata pemuda itu masih terpaku pada Star. Yang memandangnya dengan tatapan jijik dan merendahkan. Lalu Star muak dan menarik Lev.
“Ayo, kita sudah melakukan apa yang kita bisa. Bukan salah kita dia terluka karena ulahnya.”
“Kupikir—”
Tapi Star sudah mendorongnya agar mereka kembali ke dalam. Star sempat melemparkan tatapan mengancam pada pemuda yang babak belur itu, lalu menyuruhnya segera enyah dari hadapan mereka tanpa suara.
*
Begitu menutup pintu di belakangnya, Lev langsung menatap Star yang membelakanginya. “Jadi apa yang barusan itu?”