STAR sebenarnya tak mau pergi, tapi Lev mengingatkan kalau ia masih harus berangkat ke Chips&Burger kalau tak mau gajinya dipotong dan Lev juga harus pergi ke kampus. Jadi Star akhirnya pergi juga. Suasana hatinya membaik berkat Lev. Dan ia bersyukur menuruti perkataan Lev untuk datang karena ternyata—Chips&Burger ulangtahun! Chad mengumumkan perayaan di tempatnya malam nanti. Ia menambahkan kalau Star bisa mengajak Lev karena pemuda itu sudah menjadi pelanggan tetap dan STAR sebenarnya tak mau pergi, tapi Lev mengingatkan kalau ia masih harus berangkat ke Chips&Burger kalau tak mau gajinya dipotong dan Lev juga harus pergi ke kampus. Jadi Star akhirnya pergi juga. Suasana hatinya membaik berkat Lev. Dan ia bersyukur menuruti perkataan Lev untuk datang karena ternyata—Chips&Burger ulangtahun! Chad mengumumkan perayaan di tempatnya malam nanti. Ia menambahkan kalau Star bisa mengajak Lev karena pemuda itu sudah menjadi pelanggan tetap dan teman di sana. Star senang. Lalu segera memberitahu Lev walaupun yakin pemuda itu pasti masih berada di kampus.
[Fr: Star]
Tebak apa yang membuatku senang hari ini.
Lev membaca pesan Star dan senang melihat banyak emot ikon yang tertera bersamaan. Ia sedang berpindah kelas untuk kuliah berikutnya, tapi menyempatkan diri untuk pergi ke taman kecil di antara gedung kampusnya dan menelpon Star. Suara sambungan diterima dan Lev tak menunggu Star menyahut untuk berbicara.
“Coba kutebak, kau memenangkan lotre? Ah—tidak. Cuma orang normal yang akan senang menang lotre.”
“Sialan, kau mau mengataiku tak normal, begitu?” Alis Star langsung berkerut begitu memahami maksud Lev, tapi ia senang Lev menelponnya.
Lev hanya tertawa kecil di seberang telepon. “Jadi apa?”
Gadis itu langsung tersenyum. Genderang imajiner di kepalanya mulai berderum. Lalu ia mengumumkan dengan riang. “Chad ngundang kita ke pesta atap nanti malam, Chips&Burger anniv!”
Itu saja? Lev tertawa, pasti gadis itu senang karena ia bisa makan gratis. Tapi Lev tak mau menyela kegirangan gadis itu, karena ia melihat suasana hati gadis itu sudah kembali membaik. Lagipula ia menyukai ide itu. Ia belum pernah diundang ikut pesta atap sebelumnya.
Kelasnya akan dimulai sebentar lagi, tapi hal penting harus didahulukan. “Star, kau sudah pulang ke rumah?”
Ganti Star terdiam di seberang telepon. Lev tahu jawabannya tanpa harus Star katakan. Jadi ia bicara lagi.
“Kau tetap harus pulang, oke? Kau tak malu pakai baju yang sama dua hari penuh?”
“Aku sedang pakai bajumu sekarang.”
Lev tertawa. “Lalu masa kau mau pakai itu lagi nanti malam? Pulanglah dulu. Terus kita ketemu di minimarket tempatmu kerja sebelum pergi. Kau tak berniat datang tangan kosong, kan?”
Star sebenarnya hanya menyanggupi agar Lev menutup teleponnya, tapi siang itu ia pulang juga. Ia sudah membatalkan pekerjaan menjaga anjingnya nanti sore dan bersiap keluar lagi untuk menunggu Lev di tempatnya bekerja seperti janji mereka, saat Ben datang dan bersandar di pintu kamarnya. Kedua tangannya dibenamkan dalam saku. Suasana hati Star langsung berubah buruk lagi.
“Kau tidur di tempatnya kemarin?”
‘Nya’ yang dimaksud Ben pasti Lev. Star tak suka cara Ben memanggil Lev dan kalimat itu sangat tidak enak di telinganya, jadi ia tak menjawab. Star bersiap meninggalkan kamar, tapi di kamar atap yang sudah disulap Star menjadi sangat nyaman itu, tubuh besar Ben menghabiskan seluruh celah pintu. Star menatap Ben dengan malas. Mau apa lagi dia?
“Ayah nungguin kau pulang semalaman.”
Star memutar bolamatanya menyapu langit-langit. Kalau ia masih punya hati nurani memikirkan kekhawatiran ayahnya, harusnya ia punya kesadaran untuk bersikap baik pada Star. “Aku sudah ketemu di bawah.”