Starlight di Bulan April

Iin Ardiyanti
Chapter #3

3. Pergi

Keesokan harinya, pada pukul 08.20, kereta mulai melaju meninggalkan stasiun Kotabaru. Kejora ada di dalamnya, merenung. Lagi-lagi memikirkan akan keputusannya. Hatinya gundah. Merasakan lega sekaligus takut. Lega karena akhirnya bisa terbebas dari segala kekangan Ayahnya. Ia takut, memikirkan nasibnya di Jogja nanti. Ya, Kejora memang memutuskan untuk pergi ke Jogja, kota yang tak pernah disambanginya. Tak ada keluarga ataupun sanak saudara. Ia benar-benar akan memulai hidup baru. Mengukir perjalanan paling nekat dalam hidupnya. Meninggalkan sejuta luka yang mengiris batinnya. Menyambut kebebasan yang sebenarnya.

Kejora menghela nafas, meyakinkan diri bahwa ia memang sudah ada di jalan yang benar. Pergi menjauh, mengejar apa yang ingin ia gapai, membuktikan kepada keluarganya, terutama sang Ayah, bahwa ia bisa menjadi sarjana tanpa campur tangan beliau. Berusaha menggunakan kedua tangannya. Berdiri menapaki terjalnya kehidupan menggunakan kakinya, tanpa di sangga oleh orang lain.

Gadis itu merogoh tasnya, mengeluarkan dompet. Melihat berapa rupiah uang yang dibawanya. Beberapa lembar uang berwarna merah membuatnya sedikit lega. Setidaknya uang yang diberikan Ayahnya ditambah uang hasil tabungannya mampu membiayai kehidupannya untuk satu atau dua bulan kedepan. Kejora kembali memasukkan dompetnya kedalam tas, lalu mengambil ponsel. Menarik nafas dalam-dalam sebelum menyampaikan salam perpisahan pada keluarganya. Ia tidak memiliki nyali untuk mengirimkannya pada sang Ayah. Bunda tidak memiliki ponsel, jadilah Raka pilihannya.

Kejora :

Mas Raka, Jora minta maaf karena udah bohong sama Mas, Jora nggak bisa pulang ke Jakarta. Jora pergi, Mas. Jangan cari Jora. Jora janji, akan kembali setelah jadi sarjana. Sampaikan salam Jora ke Ayah dan Bunda. Jora pamit Mas.

Setelah mengirim pesan singkat itu, Kejora melepas sim card-nya agar tidak dihubungi oleh mereka. Ia memasang sim card baru yang dibelinya semalam. Kejora benar-benar ingin melepas masalalunya. Melupakan semua rasa sakit, dan membuka lembaran baru. Lembaran yang hanya ada dirinya di dalam, tanpa keluarga ataupun teman. Sendiri, berteman sepi.

Gadis itu memejamkan mata, bersiap untuk tertidur. Semua ini membuatnya lelah, otaknya difotsir untuk terus berfikir. Bahkan semalam ia tidak bisa tidur. Memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kedepannya. Namun apapun resikonya nanti, Kejora sudah siap untuk menghadapinya.

★★★

Lihat selengkapnya