StarLight 02 – Semester Baru
Gadis itu melangkah memasuki pekarangan sekolahnya. Ia menatap sekeliling, sedikit perubahan, pikirnya. Didetik berikut nya ia memanggut-manggut paham, Viana baru saja melihat tukang yang bisa ia tebak, pasti sedang merenovasi sekolahnya.
Viana menarik sandangan tas guna memperkuat tali yang melingkar dilengannya. Ia menghela nafas, entah sudah yang ke berapa kalinya. Tak ada sebab, mungkin hanya ingin? Atau, ia sedang merasa gelisah karena memasuki semester baru yang akan membuat dirinya diwajibkan masuk sekolah. Memangnya, tugas seorang murid selain itu apa?
Ia melangkah mendekati papan lebar yang penuh akan kertas-kertas. Viana mencari kertas yang berisikan letak kelas dan namanya.
Oh, Damn Shit!
Sekelas deng---,
"Viana!"
Suara itu,
Ia sangat mengenali nya.
Bahkan Viana tak diberi kesempatan untuk membatin.
Ia memejamkan mata sebelum akhirnya menoleh, menatap kedua gadis yang sedang berjalan kearahnya.
"Tajem banget tatapan nya, neng." Rachel menoel dagu Viana.
"Seneng gak?" Tanya Shanon. Cewek itu tersenyum sumringah.
"Gak," Viana memutar bola matanya, "Bosen sekelas sama kalian."
"Aela, lu mah gak asik deh."
"Rendra!"
Cowok yang dipanggil pun menoleh. Lalu menaikan alisnya. "Apaan?"
"Yeuhh, biasa aja kale. Kagak usah sewot." Rachel mencebikan bibirnya.
"Lagian, udah tau sibuk pakek acara manggil-manggil." Rendra menutup map kertasnya.
"Fifi mana?" Tanya Rachel.
"Lah mana gue tau. Lu kira gue bapaknya?"
"Yekan, siapa tau lu tau gitu."
"Ada di R-O."
Shanon dan Rachel mengangguk paham. Lalu menatap lapangan, ini yang sudah ramai dengan adik kelas baru di sekolah nya.
"Cielah, Si ketos mah sok sibuk." Shanon menendang-nendang sepatu Rendra membuat sang empu pun tergangu.
Rendra menatap skiptis Shanon seakan cowok itu ingin mencabik-cabiknya. “Bisa gak sih lo kagak ganggu?!”
Shanon mengikuti gaya Rendra. Bersedekap dada dan menaikan dagunya songong. "Apalo?"
"Oh, lo nantangin gue?"
Shanon tersenyum miring, "Siapa takut."
Viana menepuk dahi nya setelah mendengar jawaban Shanon. Rendra tersenyum sinis. Didetik berikut nya, ia memberikan berkas-berkas OSIS pada Ferrel.
"Rendra! Sialan lu!" Tubuh Shanon terus memberontak ingin kabur. Tak lupa memukul punggung Rendra dengan kuat.
"Sana in!" Bentak Shanon. Lagi-lagi Viana menepuk dahi nya.
"Aaaa!"
Rendra dengan sengaja memegang erat lengan Shanon dan menjulurkan cicak tepat dihadapan wajahnya. Shanon merupakan cewek yang takut dengan cicak, sebab trauma.
Dulu dia pernah kejatuhan cicak tepat diatas kepalanya. Shanon yang kaget pun refleks meraba rambut. Dan benar saja, sesuatu yang kenyal dan sedikit bersisik adalah seekor cicak. Shanon memekik keras layaknya seseorang yang habis melihat hantu berkeliaran.
Memang lebay, tapi itu faktanya.
"Oi! Bengong aja, mba." Seseorang menepuk bahu Viana, lalu tersenyum.
"Biasa, liat kelakuan nya si bocah." Jawab Viana sekena nya.
"Adik kita?"
Viana mengangguk lalu tertawa geli, menganggap Shanon ialah adiknya.
"Dari tadi dicariin juga, kayaknya sibuk banget." Seperti biasa, Rachel mencibir.
"Biasa, lagi MOS gini kan jadwalnya OSIS sibuk kerja lembur bagai kuda."
Rachel tertawa mendengar penuturan Fifi.
"Lah? Kata Rendra, lu ada di R-O?"
"Udah selesai tugas gue disana, sekarang free sih." Kata Fifi.
Rachel dan Viana memanggut-manggut paham. Lalu Rachel menoleh kesamping, melihat cowok yang sangat ia kenal sedang menggerutu. Ferrel yang tengah kesusahan membawa berkas-berkas yang diberikan oleh Rendra tadi hanya terus bergumam sebal. Rachel yang melihat itu mendengus.
"Mumpung lagi baik." Seru Rachel singkat, lalu mengambil separuh berkas ditangan Ferrel.
"Berat, gak usah."