Start Over

Ang.Rose
Chapter #1

Coming Home

Jesse selalu mengatakan bahwa kesulitan hari ini cukuplah untuk hari ini karena besok adalah hari baru dan punya kesulitannya sendiri, tapi kali ini aku merasa seperti aku jatuh ke dalam sebuah sumur yang sangat dalam.

Seakan aku tidak pernah belajar dari kesalahan seperti keledai yang selalu jatuh di lubang yang sama, tapi, aku bukan jatuh ke lubang yang sama.

Ini adalah masalah yang aku tinggalkan 12 tahun lalu dan tidak aku selesaikan saat itu juga, aku tahu keputusan yang aku ambil sungguh kekanak-kanakan, karena memang aku masih remaja saat itu.

Aku masih tidak bisa mengontrol emosi dan perasaanku, dan berpikir bahwa pergi sungguh jauh lebih baik daripada aku tetap disana melihatnya dengan perempuan lain. Entah apa yang terjadi jika aku bertemu kembali dengannya.

Dan ketika itu terjadi apa bisa aku menghadapinya dengan baik-baik saja?

Apa aku bisa membuat keputusan yang terbaik kali ini?

***


Jasmine keluar dari terminal kedatangan internasional, dia menghirup udara Jakarta sebentar lalu kembali mendorong koper. Dilihatnya seorang laki-laki paruh baya yang sudah lama tidak dia lihat, Pak Gun.

Beliau adalah supirnya waktu kecil, sekarang sudah beralih menjadi supir ayahnya.

Jasmine mendekat dan memeluk Pak Gun. “Apa kabar Jasmine?” tanya Pak Gun.

“Baik, bapak gimana kabarnya?”

“Baik dong, ayo langsung ke hotel, kan?”

“Iya.”

Jasmine langsung masuk ke dalam mobil dan mencari ponselnya yang berbunyi sejak tadi, dia memang sengaja mengabaikan panggilan tersebut, karena dia tahu, manusia itu akan berucap sesuatu yang tidak penting.

“Kan udah tracking pesawat, kenapa masih harus telpon, sih?”

“Udah sampe kan? Gimana rasanya udara Jakarta yang udah lama gak lo hirup itu?”

“Ha, ha, ha, ha, ha, lucu, banyak polusi disini.”

“Jasmine sayang, bukan itu yang gue maksud.”

“Terus apa?”

Orang yang menghubungi-nya adalah Jesse Anderson, anak dari pemilik TS Group, dan juga merupakan sahabat dan bos dari Jasmine. Jesse fasih berbahasa Indonesia karena Jasmine selalu mengajari-nya.

“Gimana rasa pulang ke Indonesia setelah 12 tahun?”

Complicated, gak tahu harus ngerasa seneng apa takut.”

“Takut apaan lo? Lebih banyak ular di Australia daripada di Indonesia.”

“Mendingan ular binatang, daripada manusia mulutnya kaya ular.”

“No comment,” ucap Jesse sambil tertawa, “jadi gimana?”

“Entahlah, gue langsung ke hotel juga ini.”

“Lo gak mau ketemu dia dulu?”

No way, untuk apa gue ketemu dia. Udahlah lo kapan kesini?”

“Nanti gue kabarin, masih ngambek dia.”

“Wah, lo udah bilang Joel?”

“Udah dia gak papa, pokoknya gue usahain waktu pembukaan gue udah sampe, jaga diri baik-baik, mudah-mudahan lo gak ketemu sebelum gue dateng.”

Jasmine menatap keluar jendela mobil melihat gedung tinggi yang sepertinya tidak ada habisnya, dia menarik nafas dalam, lalu menghembuskan perlahan.

“Mudah-mudahan enggak. Bye Jes.”

“Take care of yourself.”

***

45 menit berlalu, mobil yang membawa Jasmine pun sampai di TS Hotel, Pak Gun keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Lexa, sudah ada beberapa orang yang menunggunya di depan lobby hotel.

“Saya sudah kirim mobil kamu di parkiran, nanti pake itu aja ya,” ucap Pak Gun.

Thank you so much, Pak.”

“Sama-sama, besok Bapak sama Ibu datang, kamu jangan berantem ya sama Bapak.”

“Gak kok, walau gak janji, tapi Pak Gun tenang aja, hati-hati di jalan ya.”

Pak Gun menunduk lalu pergi dari hotel dan ketika Jasmine menoleh kebelakang ada seorang perempuan yang berlari dari dalam hotel dan hampir terjatuh.

“Wow, hati-hati,” ucap Jasmine sambil menahan tangan perempuan.

“Hai, hello, my name is Lucyan, I-”

“Indonesia aja, saya orang Indonesia.”

“Oh, saya Lucyan Marlyn manager TS Hotel Indonesia.”

“Oh ya saya udah denger dari Jesse. Jesse belum bisa dateng hari ini tapi dia usahakan sebelum pembukaan nanti dia sampai.”

“Maaf bu, bukannya yang megang hotel ini nanti ibu?”

Jasmine berhenti lalu menatap Lucy. “Lucy, right?”

“Yes I am.”

“Gak pernah ada yang manggil saya ibu, panggil aja Jasmine oke?”

“Tapi bu.”

Lihat selengkapnya