Tanpa basa-basi Jasmine langsung keluar dari mobil dan dia tidak mau bicara dengan Jesse, dia tidak mengerti dengan apa yang ada di kepala Jesse menyebut mereka berpacaran.
“Kenapa sih lo?” Jesse menyadari kekesalan Jasmine.
“Harusnya gue yang nanya! Gue ninggalin lo 4 jam, tiba-tiba di kepala lo ada ide supaya kita pacaran, otak lo ditaro dimana?”
Jesse mengerutkan keningnya, dia cukup kaget betapa kasarnya ucapan yang keluar dari mulut Jasmine.
Jesse menarik tangan Jasmine. “What happened?”
“Gak usah nanya gue kenapa, kalau sampe omongan lo kedengeran sama orang luar gimana?”
Ting~! Pintu lift terbuka di depan mereka. Keduanya langsung masuk ke dalam lift.
“Maksud lo gak enak kalau kedengeran sama pacar gue?” tanya Jesse begitu pintu tertutup.
“Ya iyalah! Gue yang jodohin kalian berdua, terus kalau ini sampe ke telinga dia gimana?”
Mereka berdua keluar dari lift sambil berjalan ke kamar.
Jasmine membuka pintu kamar dan ternyata Jesse sudah memesan makan untuk mereka berdua di dalam kamar.
“Firasat gue bilang kalau selera makan lo pasti ilang di rumah.”
“Back to topic please.”
“Oke, frankly speaking. Dia justru yang menyarankan ini setelah gue cerita tentang kondisi lo.”
“Dia yang nyuruh?”
Jesse mengangguk. “Jadi gimana lo setuju?”
“Ya mau gimana lagi, besok acaranya Lesmana Grup. Lo udah begitu ke kak Yesa mau gak mau ya gue harus ikut skenario lah.”
“Good. Berarti kita gak perlu klarifikasi soal ini,” Jesse menunjukan ponselnya yang ada sebuah berita.
Terlihat mesra, apakah Jasmine dan Jesse berada dalam sebuah hubungan.
“Sejauh ini komentarnya juga positif, banyak yang bilang kita royal couple.”
“Ya, wait until my dad finds out about it.”
“Calm down. Kalau pun ayah lo tahu, masih ada gue tenang.”
Jasmine terdiam, dulu dia pernah mendengar hal itu dan merasa tenang.
***
Acara untuk Lesmana Grup akan diadakan malam ini, baik Lucy, Jesse dan Jasmine disibukan untuk menyiapkan acara. Jesse dan Jasmine sudah memiliki koordinasi yang sempurna, bahkan tanpa bicara mereka sudah bisa membaca keinginan masing-masing. Bahkan ketika Jasmine bertanya dimana keberadaan Jesse dia sudah tahu bahwa Jesse sudah menyelesaikannya.
Persiapan hari itu telah selesai. Jasmine istirahat di pinggir kolam, sedangkan Jesse dan Lucy memeriksa venue satu kali lagi.
“Udah bisa cerita sama kakak?” suara itu membangunkan Jasmine yang sedang rebahan di kursi pinggir kolam.
“Kakak.”
“Tadinya kakak gak mau percaya tapi tiba-tiba kakak lihat berita, mau gak mau kakak kayaknya percaya.”
Jasmine menatap Yesa sambil menyipitkan matanya karena silau. “Kalau kakak percaya sama aku, percaya aja. Aku masih banyak kerjaan.”
“Alexa.”
“Kakak kesini untuk ketemu Lucy kan? Aku banyak kerjaan kak, nanti kita ngobrol lagi.”
***
Yohan masih duduk di dalam mobil, dia sudah sampai dari 15 menit yang lalu, dia melihat jam tangan, waktu sudah menunjukan pukul 7:45.
Acara dimulai pukul 8, dan seharusnya dia sudah ada di tempat untuk menyapa beberapa tamu. Semenjak dia melihat apa yang terjadi di depan matanya semalam, entah kenapa hatinya merasa resah.
Melihat Jesse memakaikan jaket, menghapus air mata dan melihat Jasmine memegang es krim yang entah siapa yang membawakannya, Jesse atau Yesa.
Tok… tok…
Kaca mobilnya di ketuk dan ternyata Devan disana, dia pun keluar dari mobil. “Kenapa?”