Sambil memainkan ponselnya Yohan berdiri di sebuah mobil keluaran Eropa model terbaru, dia tidak tahu tipe mobil itu karena dia tidak terlalu tertarik dengan mobil.
Jika apa yang dia dengarkan tadi memang sebuah kenyataan, ada baiknya jika dia bertanya langsung, karena dia tahu bahwa, dia tidak akan pernah mendapatkan jawaban dari Yesa ataupun Jasmine bahkan Jesse.
“Who are you?” Suara itu menarik atensi Yohan dan membuatnya menyimpan ponsel dan menatap orang yang mengajaknya bicara.
“I saw you talk with Alexa.”
“So?” Dia terlihat tidak peduli jika memang Yohan mendengarkan, tapi tiba-tiba dia menatap Yohan dari atas sampai bawah, mengamati orang yang ada di depannya. “Wait,” ucapnya sambil menatap wajah Yohan sekali lagi. “Are you?”
“Ya, saya Yohan,” jawab Yohan sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Namun tangan Yohan ditepis oleh Robert. “Satu-satunya hal yang tidak ingin aku lakukan saat bertemu denganmu adalah berjabat tangan, aku tidak sudi!”
“Well, itu bukan masalah untukku, karena aku juga tidak suka dengan nada bicaramu pada Alexa.”
“Yeah, say it to yourself.”
“What do you mean?”
“Sebenarnya, kau mendengar ucapanku dengan dia sampai mana?”
“Right in the middle?”
Robert memutar bola matanya kesal. “Well, I’ll tell you why I said that. Aku membencimu, karena ketika aku menjalin hubungan dengan dia, di kepalanya hanya ada kau.”
“Apa maksudmu? Bagaimana aku ada di pikirannya ketika bahkan dia meninggalkanku 12 tahun lalu.”
“Alright, right there, apa kau pernah berpikir kenapa dia meninggalkanmu begitu saja?”
“She hates my gut, obviously.”
“Oh my God,” Robert menoleh ke arah pintu hotel. Bagaimana ada orang sebodoh ini. “Kalau begitu, kau percaya dengan berita bahwa Jesse dan Jasmine menjalin hubungan?”