“Gue gak nyangka bahwa dia semarah itu sama lo,” ucap Jesse sambil berjalan ke ruangan belakang dimana mereka bekerja.
Jasmine hanya menghela nafas, lalu tersenyum pahit. “Ya, gue udah tahu mungkin dia marah, tapi gak segini.”
“Terus lo pikir scale-nya akan sebesar apa?”
Jasmine tidak menjawab dan hanya tersenyum. Dia membuka pintu dan duduk di tempatnya begitu pula dengan Jesse yang duduk di sampingnya.
Tak lama Lucy juga datang dan mereka membicarakan tentang acara semalam, banyak sambutan dan juga artikel baik mengenai pembukaan kemarin.
Hari ini pun juga sudah mulai banyak pelanggan yang berdatangan karena mereka memberikan diskon pembukaan, serta voucher kepada tamu yang diundang saat acara pembukaan.
Untungnya perdebatan kecil di meja mereka tidak tercium oleh media, dan mereka masih selamat dari skandal yang terjadi.
“Kalau begitu assesment bisa kita mulai ya, sebelum kita grand opening,” ucap Jesse.
Lucy mengangguk. “Ya, untuk soft opening ini sampai seminggu jadi setelah itu bisa dikaji ulang.”
“Gimana Sweety?” tanya Jesse.
Jasmine sekali lagi menoleh kepada sahabatnya. Selama mereka berteman, Jesse selalu mempunyai nama panggilan untuknya, dan itu bisa berubah setiap saat, dan setiap jam.
Jasmine menggelengkan kepalanya mencoba terus memahami sifat Jesse yang sangat amat luar biasa. “Oke, aku mengerti, jika soft opening ini berjalan lancar, kemungkinan aku meninggalkan hotel akan jauh lebih cepat.”
“Oh! Come on! Lo masih masih pengen pergi?”
“Eh, gak cuma lo ya yang jadi pewaris. Kalau gue punya saudara lain juga gue lepas itu hotel.”
Jesse menghela nafas panjang. “Ya tapi kan-”
Belum sempat dia melanjutkan protes pada Jasmine, ponsel Jasmine berbunyi dan Jesse pun langsung diam dan tidak melanjutkan ucapannya.
“Ya ma,” jawab Jasmine cepat begitu dia tahu ibunya yang menelepon.
“Kamu pulang malem ini ya.”
“Ngapain?”
“Yang nyuruh ini, orang yang melahirkan dan merawat kamu, kalau mama suruh pulang, pulang, gak usah ngebantah.”
“Mau ngomongin yang semalem?”
“Pulang Jasmine Alexander Kalerin.”
Jasmine terdiam begitu ibunya memanggil dia dengan nama lengkap.
“Ya ma, aku pulang.”
“Wow, I think someone is in trouble,” sambil tersenyum meledek.
“Shut up.”
***
Jasmine keluar dari mobil, dia sebenarnya enggan untuk masuk ke dalam, dia bisa memperkirakan bahwa kemungkinan ini adalah makan malam keluarga.
Lalu masalahnya dimana jika ini memang sebuah makan malam keluarga? Masalahnya adalah, pertemanan yang terjalin antara Keluarga Kalerin dan Lesmana sudah terjadi sejak 23 tahun lalu, ketika Jasmine dan Yohan bertemu saat berumur 7 tahun.
“Loh kamu udah sampe? Kenapa gak masuk?” suara Pak Gun mengejutkannya.
“Pak Gun, di dalem ada siapa?”
“Masuk aja kamu, ngapain juga berdiri disini. Masuk buruan,” desak Pak Gun.
Jasmine akhirnya dengan terpaksa masuk ke dalam rumah. Baru dia melangkahkan kaki dia melihat ada seseorang yang membantu ibunya menyiapkan makanan.
“Mas siapa?” tanya Jasmine langsung.
“Oh, saya Devan mba, sekretarisnya Pak Yesa.”
“Hah? Bukannya Sekretarisnya Kak Yesa Cindy ya?”