Ada satu kebiasaan yang dimiliki oleh Jasmine ketika dia merantau ke negeri orang. Duduk di bar hotel sambil membuka botol bourbon dengan es.
Gelas kaca dengan ukiran diamond di sisi gelas yang melingkar, berisikan es seukuran kelereng yang memenuhi setengah gelas.
Jasmine menuang bourbon tidak terlalu banyak hingga es itu naik hampir setengah gelas. Dia memutar gelas tersebut, membuat suara gemericik yang menenangkan untuknya.
Dia tersenyum miris sambil menatap gelas itu lalu meminum seteguk.
“Slow down,” ucap bartender.
“I am.”
Dia melakukan ini ketika dia ingin mengingat masa lalu, mengingat bagaimana dulu dia begitu bahagia.
Jasmine awalnya pulang hanya ingin melakukan apa yang harus dia lakukan, dia sudah memikirkannya bahwa dia harus pulang pada akhirnya dan ketika dia sudah melakukan skenario berulang kali di kepalanya ketika dia kembali bertemu dengan Yohan, tidak pernah ada di kepalanya akan menjadi serunyam ini.
Jasmine kembali meneguk bourbon itu sampai habis dan menuang kembali seperti awal.
Kedatangan Robert ke Indonesia tidak ada di skenario terburuk yang dia buat, dia tidak tahu bahwa laki-laki itu masih akan mengejarnya sampai ke Indonesia, bahkan ketika dia harus pergi ke New York besok.
Robert sebenarnya adalah orang yang baik, tapi Yohan tidak pernah bisa pergi dari kepala dan hatinya.
Mau apapun yang dilakukan oleh Jasmine dia tidak bisa melupakan Yohan, walau Yohan sudah menyakitinya begitu banyak, tapi tidak pernah ada alasan Jasmine untuk membencinya.
Dan Jasmine, tidak pernah berpikir ketika bertemu lagi Yohan dia menjadi orang yang begitu berbeda, seperti ada setan yang merasukinya dan membuatnya selalu mengajak bertengkar.
Mencari alasan dari banyak alasan yang dia tidak bisa mengerti.
Braak~!
Hingga suara gebrakan disampingnya melepaskan dia dari lamunan, Jasmine sudah setengah mabuk.
Jasmine menoleh ke samping dan melihat dan ternyata Clare sudah ada di sana dengan wajah yang merah, sepertinya dia marah.
“Wanna drink or something?” tanya Jasmine.
“Alexa, ini terakhir yang gue bilang sama lo, bisa gak sih lo pergi dari hidup Yohan!?” teriak Clare.
Jasmine memiringkan kepalanya ke samping mencoba beradaptasi dengan suara melengking dari Clare.
“Calm down Clare. Lo adalah orang yang udah milikin dia, seharusnya lo gak perlu lagi merasa terancam dengan adanya gue. Toh, mau gue ngapain pun, dia gak akan ngeliat gue.”
“Lo gak tau apa-apa, mana pernah dia ngelupain lo walaupun itu kebencian, dia harusnya pergi sama gue hari ini tapi apa coba, dia malah pergi kesini buat ketemu lo.”
“Gue gak pernah minta dia untuk nemuin gue, mana gue tahu dia harusnya ketemu lo.”
Clare terdiam. “Fine, kalau lo mau begitu, gue akan ngelakuin ini ke lo,” Clare menunjukan ponselnya yang berisikan video dimana Jasmine mengelus kepala Yohan dan mencium kening Yohan.
“Mau lo apain itu video?”
“Gue bisa kasih ini ke Yohan dan bilang kalau lo suka sama dia.”