Jasmine membuka matanya yang sembab karena menangis semalam, dia tidak menyangka dia menangis begitu hebat setelah sekian lama.
Dia pun mencuci wajahnya mencoba berharap untuk supaya mata yang bengkak ini akan mengempis jika terkena air dingin.
Jasmine hanya tidak ingin ibunya khawatir melihat kondisinya hari ini.
Entah sebuah pelangi sehabis hujan, atau memang cuaca hangat setelah badai.
Pergi ke Singapura sepertinya tidak terlalu buruk setelah kejadian kemarin.
Jasmine turun dari lantai 2 dan sesuai dugaannya, orang tuanya sedang sarapan di ruang makan.
“Udah bangun kamu sayang?” sapa ibunya dengan nada yang ringan.
“Hmm ya, kok gak ada yang bangunin aku?”
“Hmm, sengaja biar kamu kesiangan ke hotel.”
“Hmm,” Jasmine mengangguk sambil mengambil roti dan mengoles-nya dengan selai kacang. “Pah, aku mau ngomong.”
“Oke, semalem kamu gak buat keributan, dan Yohan ngebelain kamu dengan bilang kamu kecapean jadi naik duluan, bilang ke papa, kamu mau ngomong apa.”
“Ini gak papa ngomong lagi makan?”
“Ngomong sekarang atau gak sama sekali.”
“Oke.”
Jasmine menceritakan semua yang terjadi, dia memberitahu apa yang Joel harapkan darinya, dan bagaimana investor juga menginginkan hal itu.
Dani tidak terlihat senang dengan pembicaraan pagi ini, begitu pula dengan Lily, dia tidak senang mendengar anaknya akan pergi keluar negeri untuk waktu yang lama, dia baru melihat anaknya kurang lebih sebulan, dan dia harus berpisah lagi.
“Mama gak mau.”
“Papa juga gak. Kamu udah janji lo Lex.”
“Alexa tahu, Joel pun tahu pah, tapi tolong sekali ini aja, setahun lagi pah, abis itu Alexa janji, Alexa pulang dan urus hotel kita.”
“Setahun, gak lebih, setahun.”
Jasmine tersenyum. “Makasih pah, Alexa janji, setahun abis itu aku pulang.”
Dani hanya menganggukan kepala lalu pergi ke ruang kerjanya, menyisakan Jasmine dan Lily disana.
“Kenapa kamu tiba-tiba mau pergi? Semalem ada apa, sayang?”
“Semalem, aku bilang ke Yohan semuanya, sesuai dengan apa yang aku pikirin, dia gak punya perasaan apapun ke aku ma.”