Jalanan nampak sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih berani berlalu lalang di larut malam seperti ini, entah karena tuntutan pekerjaan ataupun hal lainnya.
Seorang gadis dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya berjalan menuju salah satu rumah makan yang memang buka 24 jam. Ia pergi memesan makanan lantas duduk di salah satu bangku yang disediakan, menunggu pesanannya datang. Wajahnya masih terlihat sedikit mengantuk meski ia telah mencuci muka tadi sebelum datang kemari.
Ia mengerjapkan matanya sejenak sebelum penglihatannya itu menjelajahi hal hal di sekitarnya. Walau sudah larut malam, rumah makan ini masih ramai pengunjung meskipun tidak sampai padat sekali. Di antara mereka semua, kebanyakan yang datang kemari adalah anak anak remaja yang memang hobi nongkrong tengah malam, selebihnya orang orang kantoran yang biasanya kerja lembur.
Puas melihat sekitarnya, kini tatapan gadis itu tertuju pada seseorang berpakaian khas yang mendatanginya. Senyumnya merekah, akhirnya pesanannya telah tiba.
"Terima kasih."
Gadis itu menerima pesanannya dengan senang hati lantas berdiri meninggalkan rumah makan tersebut. Rencananya, ia akan makan makanan yang telah dipesannya itu di rumah.
Jika kalian bingung, kenapa ia tidak memesan makanan lewat go food atau semacamnya, jawabannya ia sudah terbiasa keluar di jam seperti ini. Lagipula, jarak rumah makan dengan tempat tinggalnya juga tidak jauh. Malah bisa dibilang dekat.
Gadis yang akrab dipanggil Aileen itu berjalan di sepanjang trotoar dengan menenteng plastik berisi makanannya. Ia berjalan dengan santai karena sudah terbiasa seperti ini.
Iya, di jam jam seperti ini perut Aileen pasti meronta ronta meminta makanan. Aileen yang tak kuasa menahan lapar pun akhirnya pergi keluar sendirian tuk membeli makanan yang bisa mengenyangkannya. Namun sayang, jika ia telah terbangun maka ia akan susah untuk tidur kembali. Sst, Aileen terkena suatu penyakit bernama insomnia.
Ngomong ngomong, ini jam setengah dua malam. Hehe.
Sesampainya di rumah--tidak, lebih tepatnya apartemen tempat tinggalnya, ia memencet angka angka yang berada di samping pintu apartemennya, memasukkan kode keamanan agar ia selalu aman, kemudian masuk begitu saja.
Ia pergi ke bagian dapur kemudian mengambil piring beserta sendok untuk makan. Ia makan di depan tv.
Ia menyalakan tv-nya dan mulai mencari film yang bagus untuk ditontonnya sembari makan makanan favoritnya itu. Pada akhirnya, pilihannya pun jatuh pada salah satu drama Cina yang dibintangi oleh aktor kesukaannya, Lin Yi.
Ekspresinya begitu serius mendalami isi cerita, sampai sampai makanannya pun terkadang ia abaikan begitu saja.
"Kenapa ganteng banget, sih?"
Aileen menggumam pelan, menganggumi ketampanan sang pemain drama. Kegiatannya itu terus berlanjut hingga pagi menyapa.