Stasiun Baru

Topan We
Chapter #14

Konser Slank

Hari itu Jay bangun lebih pagi dari biasanya. Langit masih pucat, tapi tubuh Jay sudah bergerak. Hari ini bukan hari biasa. Ada target yang harus dikejar, uang. Dan ada rencana besar yang sudah lama menunggu: datang ke Clavo Premio Filter Konser 30 tahun Slank di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Sejak beberapa hari lalu, Jay kembali bekerja penuh sebagai kenek. Ia naik-turun truk, mengangkat barang, membersihkan bak, dan menahan panas aspal yang menyengat telapak kakinya. Bau solar, debu jalan, dan suara mesin menjadi teman setianya. Ia tak banyak mengeluh. Baginya, capek hari ini adalah tiket untuk malam yang tak terlupakan.

Konser Slank bukan sekadar tontonan. Bagi Jay dan teman-temannya, itu adalah perayaan hidup. Lagu-lagu yang menemani mereka sejak remaja, dari kaset lusuh sampai MP3 bajakan, kini akan mereka dengar langsung dari panggung besar. Itu bukan soal megah atau mahal, itu soal kebersamaan dan keyakinan bahwa hidup mereka, meski keras, masih layak dirayakan.

Namun tidak semua orang memandangnya sama. Malam sebelum keberangkatan, Jay dan Hana sempat berdebat kecil lewat SMS.

Hana: "Kamu yakin mau ke Jakarta nebeng-nebeng gitu?"

Jay: "Yakin. Ini konser Slank, Yank."

Hana: "Kamu kerja capek-capek, terus mau nge-BM segala. Kenapa harus maksa?"

Jay: "Ini bukan paksaan. Ini udah rencana saya dari lama.

Hana lama tidak membalas. Jay tahu, Hana khawatir. Ia tidak suka melihat Jay berangkat seperti anak-anak punk yang tidur di pinggir jalan, menumpang mobil orang tak dikenal, dan pulang dengan badan pegal tanpa sisa uang.

Hana: "Aku cuma enggak mau kamu kelihatan kaya gitu terus...."

Kalimat itu menusuk, meski ditulis dengan niat baik. Jay menarik napas panjang sebelum membalas.

Lihat selengkapnya