Suara alarm berhasil membangunkan seorang gadis dari mimpi indahnya. Tangannya dengan cepat meraih alarm berwarna hitam yang terletak di atas nakas, tepat disamping tempat tidurnya lalu kemudian mematikannya. Ia mengucek matanya sekilas, melirik ke arah jam tersebut. Pukul 06.30 pagi. 30 menit lagi, sekolah akan dimulai dan gadis itu bahkan belum bersiap sama sekali.
Diletakannya kembali jam itu lalu berjalan keluar kamar. Lagi dan lagi, hanya keheningan yang menyambutnya. Matanya menatap lurus ke arah ruang tamu yang berada di lantai 1 rumahnya. Tidak ada apapun disana, selain 4 buah sofa, 2 meja, dan beberapa bingkai foto serta pernak-pernik tidak jelas lainnya.
"Non Bella,"
Mendengar ada yang memanggilnya, gadis itu--Bella--dengan cepat menoleh ke asal suara. Beberapa meter dari tempatnya berdiri, terlihat mbok Surti dengan alat vacum cleaner di tangannya sedang tersenyum lebar ke arahnya. Wanita berumur sekitar 50-an tahun itu berjalan menghampiri Bella dengan senyuman di wajahnya. Bella yang melihatnya pun ikut tersenyum.
"Non Bella udah bangun? Baru aja mbok mau bangunin. Non Bella mau sarapan apa? Nanti mbok masakin." Ujar mbok Surti sambil memegang tangan Bella.
Bella membalas pegangan tangan mbok Surti seraya tersenyum manis. "Gak usah repot-repot mbok, Bella bisa sarapan di kantin kok. Mbok istirahat aja ya,"
Mbok Surti menatap anak majikannya itu dengan tatapan sedih. Bella terlalu baik untuk bisa merasakan semua kepahitan ini. Disaat anak-anak lain berjuang ditemani kedua orangtua mereka, Bella justru harus berjuang sendirian. Disaat anak-anak lain mendapatkan kasih sayang yang berlimpah dari orangtua mereka, disini Bella sama sekali tidak pernah merasakannya. Entahlah... bahkan gadis itu sendiri lupa kapan terakhir kali keluarga mereka tertawa bersama. Baginya, semua hal itu terlalu menyakitkan untuk diingat.