“Apa ini, Evie?” Papa melempar sebuah amplop berisi surat ke meja tamu.
Aku diam saja. Aku tidak menyangka jika hari ini Papa tiba-tiba datang ke Karawaci. Tampaknya, surat itulah penyebabnya.
“Papa benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Bahkan hingga sekarang pun kamu masih saja suka membuat ulah. Kamu itu sudah mahasiswa, sudah dewasa, jangan bersikap seperti anak SMA!”
“Evie akan mengulang tahun depan.” Aku berkata datar.
“Lalu kapan kamu mau lulus?”
Aku kembali diam.
“Empat tahun. Papa beri kamu waktu empat tahun untuk menyelesaikan kuliah. Dan sekarang kamu malah harus mengulang mata kuliah. Kamu bisa jamin tahun depan tidak ada lagi mata kuliah yang mengulang?” Papa terus mencecarku.
“Bisa….”