Hore….
Seisi aula kampus bertepuk tangan ketika aku maju. Rektor, Kepala Yayasan, dan beberapa dosen berdiri menyalamiku. Ada juga beberapa orang berseragam aparat kepolisian yang menyambutku. Yohan, teman seangkatanku, juga ada di sana.
Hari ini adalah hari pertama kegiatan orientasi untuk mahasiswa baru. Dulu, aku pernah diajak Yohan untuk bergabung sebagai panitia, dan aku menolaknya. Kini, Yohan kembali mengajakku untuk mengisi sesi berbagi pengalaman dari senior dan alumni. Yohan sendiri sudah lulus. Namun, reputasinya yang baik sebagai aktivis dan mahasiswa berprestasi membuatnya sering diundang dalam acara kampus. Ia juga yang merekomendasikan kepada panitia untuk mengundangku.
Acara orientasi sendiri kini sudah bebas dari perpeloncoan. Aku diminta hadir untuk berbagi pengalaman ketika tersangkut kasus narkoba. Panitia kegiatan rupanya juga ingin memanfaatkan orientasi sebagai ajang kampanye anti narkoba kepada mahasiswa baru.
Aku sendiri akhirnya tidak jadi dipecat dari kampus karena kampus memberikan opsi untuk cuti kuliah. Yang dikeluarkan dari kampus justru Faldo. Faldo sendiri kini benar-benar menghilang. Entah apakah ia tertangkap atau berhasil melarikan diri. Aku tidak pernah mendengar kabarnya lagi.
Feta juga tidak menyelesaikan kuliahnya karena lebih memilih sibuk di dunia hiburan. Teman-teman satu tongkrongan yang lain juga sudah menghilang dari kampus—ada yang lulus dan ada juga yang drop out. Jadi, ketika aku kembali kuliah, praktis lingkunganku berisi orang-orang baru. Bagiku, ini sangat membantu untuk memperbaiki langkahku ke depan.
Aku mulai menceritakan pengalamanku kepada para mahasiswa baru yang tengah duduk bersimpuh di aula.
“Sebenarnya saya takut menggunakan kokain atau putauw. Soalnya, itu butuh modal besar dan uang jajan saya nggak cukup.” Aku mencoba bercanda mencairkan suasana.