“Arkan sudah masuk, ya.” Cello menyambut kehadiran sang murid. Arkan menjawab dengan anggukan.
Meskipun semester baru telah dimulai sejak minggu lalu, tapi Arkan baru bisa hadir. Rere telah menginformasikan bahwa mereka akan berlibur di Amerika. Hal itu akan membuat sang anak bolos selama seminggu pertama.
“Arkan kok lama di Aremika?”
“Kamu jalan-jalan ke mana?”
“Arkan bawa oleh-oleh nggak?”
Seisi kelas ikut menyambut kehadiran bocah berambut cepak itu. Berbagai pertanyaan tentang perjalanan liburan Arkan, terus mengalir. Layaknya reporter yang tengah mewawancarai narasumber.
“Arkan kok nggak datang pentas? Aku kan jadi nggak punya pasangan nari.” Elroi yang sedari tadi diam, tiba-tiba bertanya. Bibirnya mengerucut menandakan kekesalan.
Pertanyaan itu mengundang kekhawatiran di hati Cello. Ia cemas menanti jawaban dari sang murid. Apakah Arkan akan berkata jujur atau justru akan marah teringat akan insiden itu.
“Aku kan ke Amerika,” jawab Arkan penuh keluguan, membawa kelegaan bagi Cello.
“Kan belum libur,” protes Elroi.
“Kan Amerika jauh,” Arkan bersiap untuk adu argumen.
Melihat hal ini, Cello segera menengahi. Berdasarkan pengalaman, perdebatan keduanya akan memakan waktu lama. Hal ini akan mengambil alokasi waktu belajar di kelas.
“Oh iya, ngomong-ngomong tentang liburan, bulan depan kita akan field trip!” seru Cello yang disambut dengan sorak-sorai seisi kelas. Murid-murid itu terus berseru senang hingga Elroi mengajukan pertanyaan.
“Field trip itu apa, Miss?”
Seluruh murid berangsur-angsur diam dan segera memasang wajah ‘siap menerima penjelasan’. Cello memandang wajah-wajah itu dengan tawa yang hampir pecah. Anak-anak itu bersorak bahagia akan sesuatu yang mereka tidak ketahui. Hanya mengandalkan insting bahwa seruan sang guru pastilah sesuatu yang menyenangkan.
“Field trip itu, artinya kita akan belajar di luar kelas.”
“Di halaman, Miss?” potong Gilang.
“Maksud Miss, di luar sekolah,” ralat Cello.
“Di mana, Miss?” tanya Danishi.
Mendengar pertanyaan Danishi, Cello pun memicingkan mata. Sebagai penanggung jawab kegiatan, ia pun belum menentukan pilihan. Padahal tugas tersebut telah diberikan sejak liburan dimulai. Kepala sekolah memintanya untuk menentukan lokasi serta rangkaian acara yang akan dilakukan.
“Belum diputuskan, sih. Mungkin kita pergi ke kebun binatang, pabrik susu, peternakan, atau tempat lain.”
“Yeah! Jalan-jalannya banyak!” Kali ini terdengar sorakan Arkan.
“Nggak. Jalan-jalannya cuma ke satu tempat,” jawab Cello kikuk.
Jawaban itu membuat sedikit perubahan di wajah Arkan. Garis bibirnya yang merekah, mengalami pegurangan ukuran. Namun, sedetik kemudian bocah itu kembali mengembangkan senyum.
“Kita mau jalan-jalan, kan, Miss?” tanyanya memastikan yang disambut dengan anggukan Cello.
“Miss udah bilang bunda?” tanya Arkan penuh kekhawatiran.
“Belum. Nanti Miss bilang.”