[KICK THE MONSTER OUT FROM THE SCHOOL !!!]
Mata Cello terbelalak saat membaca sebaris kalimat di ponsel. Itu adalah pesan paling awal di antara dua pesan lain dari Vanya. Kapital lengkap disertai tiga tanda seru, menjadi isyarat bahwa sang pengirim pesan mengucapkannya dengan amarah penuh.
Melihat sang istri mengabaikan sarapan, Keanu pun didera rasa ingin tahu. Roti bakar isi telor mata sapi urung masuk ke dalam mulutnya.
“Ada apa, Cel?”
Cello menggeleng sambil terus terpaku pada layar lima inchi. “Vanya, bundanya Elroi, minta agar Arkan dikeluarkan dari sekolah. Padahal selama ini, Vanya terkesan cuek sama Arkan,” jawab Cello pelan.
“Arkan?”
Cello mengangguk, kemudian mulai meneguk susu segar yang tersedia di meja makan. Sambil menggigit roti, wanita itu melihat dua pesan lainnya. Dahinya mengernyit mencoba mencerna rangkaian pesan tersebut. Vanya tidak memberi penjelasan banyak. Wali murid itu justru memintanya mengecek obrolan grup.
Keluar dari kotak percakapan dengan sang wali murid, wanita itu terperanjat saat mendapati bahwa nomor ponselnya ditambahkan dalam satu grup baru. Save our child, demikian nama grup baru tersebut. Wajah murid-murid Kelas Vega menjadi foto profil grup. Ponsel Cello terus berdenting. 357 pesan berdesakan masuk di pagi itu.
“Kata kamu, Arkan sudah banyak berubah?”
“He-em.” Cello mengangguk. Wanita itu lalu meletakkan ponsel di atas meja. Ia tidak berminat untuk membaca pesan-pesan di grup.
“Kenapa tiba-tiba ada yang minta dia dikeluarin?”
“Aku juga nggak ngerti.” Cello mengangkat kedua bahu. “Di pesan Vanya, ada kata-kata AIDS, HIV, dan orang tua nggak becus. Katanya, lebih baik aku baca obrolan di grup.”
“Mereka bahas masalah Arkan di grup kelas?”
“Nggak. Mereka bikin grup baru. Kata Vanya, semua wali murid jadi anggota, kecuali bundanya Arkan.”
“Terus, apa yang dibahas di grup?”
“Aku belum baca. Nanti aku nanya ke Miss Dara aja.”
“Miss Dara ada sudah tahu?”
“Mungkin. Miss Dara juga jadi anggota grup. Daripada baca obrolan wali murid yang akan merusak mood-ku seharian, lebih baik aku ngobrol langsung sama Miss Dara.”
Keanu mengangguk pada pilihan cerdas sang istri.
“Kita berangkat lebih pagi, ya,” pinta Cello. Wanita itu ingin menemui sang atasan sebelum jam belajar mengajar dimulai.
“Oke. Segera selesaikan sarapanmu. Dan….”
“Dan?”
“Jaga pikiran kamu. Jangan sampai jagoanku ikutan stres.” Keanu mengusap lembut perut Cello.
Cello mengangguk. Ia paham bahwa tingkat stress akan mempengaruhi janin. Wanita itu tidak ingin perkembangan buah hati mereka terganggu karenanya.
***
“ODHA?” pekik Cello. Wanita itu segera menutup mulut, khawatir orang lain mendengar teriakannya.
“Iya. Orang dengan HIV-AIDS.”
Kening Cello mengernyit karena tidak percaya. Ia sungguh percaya pada apa yang dikatakan oleh sang atasan. Namun, Kepala TK Bintang itu tidak mungkin berbohong.
“Miss Cello udah baca obrolan grup baru?”