Stigma

Nita Simamora
Chapter #23

SAYONARA

Hari itu, aula dan halaman TK Bintang dipenuhi banyak orang. Tak heran, karena pentas akhir tahun merupakan pagelaran yang dinanti-nanti. Tidak hanya orang tua murid, kakak, adik, bahkan nenek dan kakek ikut menghadiri acara tersebut. Selain pentas seni, juga akan digelar upacara wisuda dan perpisahan. 

Setiap wajah menyunggingkan senyum bahagia sepanjang hari, kecuali Cello. Hari itu, ia tidak bisa menyembunyikan kesedihan. Di hadapan para murid wanita itu berusaha tersenyum. Namun, ia akan kembali murung saat sedang sendiri. 

Acara Sabtu itu dimulai dengan prosesi wisuda murid TK besar. Murid-murid kelas Cannopus dan Rigel berbaris rapi lalu naik ke panggung satu persatu. Kepala sekolah TK Bintang akan memindahkan tali topi wisuda lalu dan menyerahkan tabung wisuda kepada seluruh murid. 

Setelah prosesi wisuda berakhir, acara akan dilanjutkan dengan pentas seni. Murid-murid akan menari dan bernyanyi di panggung. Sebelumnya, seluruh murid sudah berbaris rapi di balik panggung. Mereka menunggu giliran tampil dengan sabar. Begitupun dengan murid Kelas Vega yang didaulat untuk tampil pertama.

“Miss, nanti aku nari sama siapa?” tanya Elroi cemas. 

Sepanjang pagi, dia menanti kehadiran sang sahabat. Namun, Arkan tak kunjung datang. Bocah itu menjadi gelisah. Dia tak ingin menari berpasangan dengan udara, seperti saat latihan.

Cello tersenyum melihat kekhawatiran di wajah muridnya. Ia lalu mencubit pipi gembil Elroi, kemudian berkata, “Sama Arkan.” Wanita itu lalu menunjukkan sesuatu yang membuat Elroi terkesiap dan takjub.

Musik pengiring telah diputar. Alunan lagu Melayu mengalun indah. Satu persatu murid Kelas Vega berjalan ke panggung. Kentaro, Gilang, Danishi, Anais, Elroi dan Cello -yang mengenakan topeng wajah Arkan- menaiki panggung.

Hadirin terpana dengan penampilan Tari Zapin yang dibawakan. Namun, beberapa mata lebih terkejut pada hal yang dilakukan Cello. Bahkan sang kepala sekolah tidak menyangka bawahannya akan melakukan hal tersebut. 

Di balik topeng, Cello tersenyum sinis. Wanita itu berharap tindakannya mampu menampar pihak-pihak yang menginginkan Arkan pergi. Ia ingin menyampaikan pesan bahwa bocah yang telah mereka usir akan selalu menjadi bagian dari kelas kecilnya.

Penampilan tari Kelas Vega mengundang tepuk tangan yang meriah. Murid-murid menari dengan indah. Termasuk Elroi, yang tampak semangat karena memiliki pasangan tari terbaik; guru sekaligus sahabatnya.

Pasca penampilan tari Kelas Vega, pertunjukan dari murid kelas lain pun silih berganti. Jeda waktu tersebut digunakan Cello untuk membimbing murid-muridnya berganti kostum. Beberapa waktu lagi, mereka akan kembali ke panggung untuk bernyanyi. Namun, kali ini Cello tidak akan melakukan pertunjukan bersama mereka.

Pagiku cerahku, matahari bersinar

Kugendong tas merahku di pundak

Slamat pagi semua, kunantikan dirimu

Di depan kelasku, menantikan kami

Suara dari kelima murid Kelas Vega mengalun merdu. Diiringi permainan piano, mereka menyanyikan lagu Guruku dengan syahdu. Lagu yang dipilih Cello sesuai dengan tema acara yang diberikan. 

Guruku tersayang, guru tercinta

Tanpamu apa jadinya aku

Lihat selengkapnya