Stigma

Ron Nee Soo
Chapter #3

Bab 2: Asing

Desa, dengan segala kesederhanaannya, adalah tempat yang asing bagi Wahyu. Ia sudah terlalu lama hidup di kota, hingga lupa bagaimana rasanya hidup di desa. Ia merasa seperti orang asing di tanah kelahirannya sendiri. Setiap sudut desa menyimpan kenangan masa kecil, namun kini, kenangan itu terasa jauh dan asing.

Setiap pagi, Wahyu melihat teman-teman sebayanya mengantar anak-anak mereka ke sekolah. Senyum bahagia terpancar dari wajah mereka, senyum yang belum pernah Wahyu rasakan. Setiap sore, ia melihat mereka bermain sepak bola di lapangan desa, tawa mereka menggema di udara, tawa yang membuat Wahyu merasa semakin kesepian.

"Kapan nyusul, Yu?" Pertanyaan itu seperti mantra yang diucapkan setiap kali ia bertemu teman-temannya. Janatan, si playboy insyaf, kini sibuk mengurus persiapan pernikahan. Yusuf, si fotografer yang dulu sefrekuensi dengannya, kini mulai gelisah mencari pasangan.

Janatan, dengan senyum nakalnya, selalu berhasil membuat Wahyu merasa seperti orang bodoh. Ia tahu, Janatan hanya bercanda, tapi tetap saja, pertanyaan itu membuatnya merasa tidak nyaman. Ia merasa, ada sesuatu yang salah dengan dirinya.

"Aku juga ingin menikah," kata Wahyu, suatu malam saat mereka bertiga nongkrong di pinggir sawah. "Tapi, sepertinya aku sudah lupa cara mendekati wanita."

Janatan tertawa terbahak-bahak. "Kau ini terlalu lama di kota, Yu. Wanita desa itu sederhana, tak perlu rayuan gombal. Langsung saja lamar!"

Yusuf mengangguk setuju. "Benar, Yu. Tapi, jangan lupa, wanita itu juga butuh kepastian. Jangan seperti aku, terlalu sibuk bekerja sampai lupa mencari pasangan."

Wahyu menghela napas. Ia tahu mereka benar. Tapi, di mana ia harus mencari wanita yang tepat? Ia tak punya banyak kenalan di desa. Ia terlalu lama hidup di kota, hingga lupa bagaimana cara berinteraksi dengan wanita desa. Ia merasa seperti orang asing di tanah kelahirannya sendiri.

Lihat selengkapnya