Hati Wahyu yang mati rasa karena terlalu asik sendiri mulai ia latih untuk mencintai orang lain. Wahyu berpikir setelah ia menyatakan perasaannya, cinta yang sebenarnya akan hadir dan tumbuh setelah menikah.
Meski belum sepenuhnya yakin Wahyu langsung menyatakan perasaanya dipertemuan pertama. Sayangnya Ayna malah menolaknya.
Wahyu terdiam, menatap Ayna dengan tatapan bingung. Seketika jantungnya yang berdegub kencang saat itu, seakan terhenti. Ia tidak menyangka, Ayna akan menolaknya. Meski mereka baru saling mengenal selama tiga hari. Wahyu cukup percaya diri, ditambah lagi ketika di kota banyak wanita yang tergila-gila padanya.
Jika dirunutkan kemungkinan Ayna menolak hanyalah lima persen. Ditambah Informasi dari Rara yang mengatakan bahwa Ayna juga sedang mencari suami. Kata rara, Wahyu masuk dalam kriterianya. Bahkan bisa menjadi pilihan utama.
Wahyu tidak habis fikir. Seorang pria yang tidak merokok, rajin ibadah, tidak pacaran dan tidak pernah marah, akan ditolak. Ditengah ia memberanikan diri melawan keraguannya akan perasaan dirinya kepada Ayna. Justru Ayna menolaknya.
Ia kira, sikap Ayna pada pertemuan pertama ini adalah sinyal cinta. Ia kira, Ayna justru memiliki perasaan kebih dulu kepadanya. Ayna terlihat senyum dan malu-malu. Wahyu membutuhkan wanita yang mencintainya, bukan wanita yang ia cintai. Tapi anggapannya ternyata salah.
"Maaf, Wahyu," kata Ayna, dengan suara lembut. "Aku tidak bermaksud membuatmu salah paham. Aku hanya ingin membantumu."
Wahyu menghela napas. Ia merasa bodoh. Terlalu percaya diri. Ia salah membaca situasi.
"Tidak apa-apa, Ayna," kata Wahyu, berusaha menahan kekecewaan. "Aku yang salah paham. Aku kira, kau juga memiliki perasaan yang sama denganku."
Wahyu berbohong. Ia sendiri sebenarnya tidak yakin apakah ia mencintai Ayna saat itu. Wahyu tidak tahu, bahwa Ayna menyadari perasaan Wahyu sebenarnya. Justru Ayna lebih tahu pria-pria yang belum menemukan arah sepertinya.