Setelah penolakan Ayna, Wahyu merasa seperti kapal yang kehilangan arah. Ia tahu, ia harus melanjutkan perjalanan, namun ia tidak tahu ke mana ia harus berlabuh. Ia merasa, ia harus mencari pelabuhan baru, tempat di mana ia bisa menemukan cinta.
Wahyu kembali ke rutinitasnya sebagai guru honorer di sekolah swasta. Ia mengajar dengan sepenuh hati, berusaha melupakan kesedihannya. Namun, hatinya tetap kosong. Ia merasa, ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Ternyata ditolak tetap menyakitkan, meski belum tahu apakah itu cinta atau sekadar penasaran.
Di sekolah, Wahyu bertemu dengan dua wanita yang menarik perhatiannya. Yang pertama adalah Sri, seorang guru matematika yang cerdas dan mandiri. Yang kedua adalah Siti, seorang guru bahasa Inggris yang ceria dan ramah.
Wahyu merasa, Sri dan Siti adalah pelabuhan baru yang ia cari. Mereka berdua memiliki pesona yang berbeda, namun sama-sama menarik. Wahyu merasa, ia bisa menemukan cinta di antara mereka.
Wahyu mulai mendekati Sri dan Siti. Ia mengajak mereka berbicara, mendengarkan cerita mereka, dan berusaha memahami mereka. Ia merasa, ia harus mengenal mereka lebih baik, sebelum ia memutuskan untuk berlabuh.
Sri adalah wanita yang tegas dan berani. Ia tidak takut untuk mengungkapkan pendapatnya, dan ia tidak takut untuk mengambil risiko. Wahyu merasa kagum dengan keberanian Sri.
Siti adalah wanita yang lembut dan penyayang. Ia selalu berusaha untuk membuat orang lain merasa nyaman, dan ia selalu berusaha untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Wahyu merasa nyaman berada di dekat Siti.
Wahyu merasa, ia menyukai Sri dan Siti. Namun, ia tidak tahu siapa yang harus ia pilih. Ia merasa, ia harus memilih dengan hati-hati, karena pilihan ini akan menentukan masa depannya. Wahyu berdoa di dalam hatinya. Semoga kali ini bukan perasaan penasaran semata.
Suatu hari, Wahyu mengajak Sri makan malam. Mereka berbicara tentang banyak hal, dari matematika hingga mimpi-mimpi mereka. Wahyu merasa, ia memiliki banyak kesamaan dengan Sri.
Di hari lain, Wahyu mengajak Siti ke puncak menadangi keindahan desanya. Mereka tertawa bersama, menangis bersama, dan berbagi perasaan mereka. Wahyu merasa, ia memiliki ikatan emosional yang kuat dengan Siti.