STILL ALIVE

Firsa Lorena surbakti
Chapter #12

Pak Guntur

Dalam hidup akan selalu ada masa-masa

Bertemu dengan manusia baru dan berpisah dengan manusia lama

Jalani semua dengan penuh harapan

Bahwa Tuhan tetap setia bersamamu setiap waktu

Kehidupan mereka tanpa kedua orangtua baru saja dimulai di hutan belantara yang awalnya terasa asing. Namun kini hutan ini menjadi bagian dari hidup mereka. Tidak ada lagi perasaan takut yang menghantui isi kepala mereka. Pepohonan, ribuan tumbuhan liar, tanah, bahkan udara di hutan itu sudah bersahabat dengan ketiga makhluk kecil yang kini menjadi penghuninya.

Siang ini, Vyno mencoba menyusuri sisi hutan yang lain. Tak lupa dia mengikatkan seuntai tali di beberapa pohon sebagai tanda pengingat jalan pulang ke tenda. Kakinya berjalan melewati tumbuhan liar dan ditemani oleh nyamuk-nyamuk nakal yang mencoba mendekatinya sedari tadi.

KWEKKK KWEEKKKK KWEEKKK

Vyno memalingkan wajahnya ke arah suara itu. Seekor bebek tengah berjalan cepat dan mengeluarkan suara. Vyno menangkap dan mendekapnya di kedua tangan kecilnya. Seorang pria paruh baya berlari dan tampak terengah-engah. Sesampainya di dekat Vyno, pria itu mendesah, lalu membungkukkan kedua punggungnya dan mengepal kedua lutut.

“Saya sudah sejak tadi mengejar bebek nakal itu.” ujarnya kelelahan.

“Ini bebek bapak ya?” tanya Vyno seraya menyerahkan bebek tersebut kepadanya.

“Iya Nak... itu bebek saya,” jawabnya dan duduk di atas tanah sambil mengelus kepala bebek yang terus mengeluarkan suaranya.

“Ada berapa bebek yang Bapak miliki?” Tanya Vyno seraya duduk di samping pria itu.

“Saya memiliki 20 ekor bebek Nak,” ujarnya lalu melihat wajah Vyno.

“Wah! Banyak sekali ya, pekerja bapak ada berapa orang?” tanya Vyno lagi.

“Saya tidak punya pekerja Nak, Semua saya kerjakan sendiri.” Jawabnya.

Hening. Hanya suara bebek yang terdengar ribut di antara mereka. Vyno tampak sedang memikirkan sesuatu. Dia merasa kasihan melihat bapak ini.

“Bapak kan sudah tua, seharusnya bapak mencari pekerja untuk mengurus bebek ini,” kata Vyno memberi pendapatnya.

“Saya tidak mampu untuk membayar upah mereka.” sahut pria itu.

“Saya mau dan bersedia membantu bapak,” ucap Vyno semangat dan tersenyum.

“Tapi saya tidak mampu memberi kamu upah dengan uang.” Komentarnya.

“Saya tidak akan mengharapkan upah dari bapak.” ujar Vyno.

“Saya senang sekali jika kamu mau membantu, mari Nak ikut saya ke rumah” ajak pria itu seraya berdiri dan menuntun Vyno menuju rumahnya.

Sesampainya di sana, Pria itu memperkenalkan istrinya kepada Vyno. Seorang wanita paruh baya yang tengah duduk di atas kursi dengan kedua tangan yang sibuk menganyam tikar. Kemudian, pria tua yang bernama Guntur itu mengajak Vyno ke samping rumahnya. Disana ada 3 ekor ternak Sapi.

“Setiap pagi saya akan memberi makan sapi-sapi ini dengan rumput,” jelas Guntur kepada Vyno yang mencoba menjinjitkan kakinya melihat sapi-sapi tersebut.

“Wah! Sapi-sapi bapak ini besar sekali ya.” ujar Vyno.

“Iya Nak..” sahut Guntur seraya berderap menuju sebuah kandang yang berada di dekat kandang sapi itu.

“Ini Rumah apa Pak?” tanya Vyno kebingungan, melihat sebuah bangunan kecil yang tidak terlalu tinggi.

Lihat selengkapnya