Waktu selalu berhasil
Menyampaikan sebuah kebenaran
Dari masa lalu yang sempat terbenam
Vyno dan Allvaro yang ada didekapannya tengah berjalan mondar-mandir di dekat bangkai pesawat tempat tinggal mereka. Langit sore tampak mulai jatuh menuju malam, Vyno takut jika terjadi sesuatu hal yang tidak baik dengan saudara perempuannya di jalan. Berulang kali ia mengecek bulatan kecil yang menempel di pergelangan. Sedangkan Allvaro sudah tertidur pulas karena sudah kenyang dengan bubur dan susu yang di berikan Vyno barusan untuknya.
Kedatangan Ryana yang berlari menghampiri kedua saudaranya itu membuat Vyno merasa lega saat melihat kehadiran saudara perempuannya. Vyno menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat.
“Kamu dari mana saja Ryana? Kenapa lama sekali pulangnya?” bentak Vyno khawatir.
“Maaf kak Vyno, tadi setelah selesai bekerja tante Vina cerita kepadaku. Makanya, aku jadi lama pulang” jelas Ryana.
“Kamu membuatku takut” teriak Vyno seraya masuk ke dalam rumah mereka dengan raut wajah yang kesal.
“Kamu kan memang selalu takut jika tanpaku, dasar anak cengeng!” lirih Ryana dengan suara yang sangat pelan dan hanya ia yang mengetahui isi ucapannya itu.
Vyno membaringkan tubuh kecil saudara laki-lakinya dengan perlahan agar tidak mengganggu tidur nyenyaknya. Ryana berjalan pelan menghampiri Vyno dan berusaha meminta maaf karena sudah membuat saudara laki-lakinya itu khawatir.
“Kak Vyno.. Maafin Ryana ya, besok aku akan pulang lebih cepat” bisik Ryana pelan.
“Iya Ryana, sekarang kita makan ya, aku sudah lapar” kata Vyno menarik lengan Ryana.
Vyno sudah memasak makan malam untuk mereka bertiga. Sambil memakan makanan yang ada di atas piringnya, Ryana mencoba berbicara kepada saudara sulungnya itu.
“Kak Vyno tau gak? tante Vina itu baik sekali” kata Ryana dengan makanan yang memenuhi mulutnya.
“Suittt.. habisin dulu makanannya. Nanti aja ceritanya” tolak Vyno tidak mau merespon cerita Ryana barusan.
Ryana tersenyum dan dengan semangat mengunyah makanannya dengan cepat, hampir saja ia tersedak akibat terlalu bersemangat menelan makanan itu.
“Pelan-pelan dong Ryana, ini minum dulu,” ujar Vyno seraya menempelkan bibir gelas ke mulut Ryana.
Ryana meneguk minuman itu dan terbatuk-batuk setelahnya. “He-he-he, makasi kak Vyno,” sahutnya tersenyum sumringah dan melanjutkan kembali makanannya.
Setelah makanan yang ada di atas piring mereka habis, Vyno membersihkan kedua piring mereka dengan air yang masih tersisa di botol minum yang mereka miliki. Lalu, Ryana tidak sabar ingin menceritakan sesuatu kepada Vyno.
“Kak Vyno, tante Vina itu baiiiikk sekali” jelas Ryana.
“Pak Guntur juga baik kok” sahut Vyno tidak mau kalah dari saudara perempuannya.
“Lihat kak Vyno aku bisa beli sabun, sampo dan odol. Itu semua karena upah yang aku terima dari tante Vina berupa uang” pamer Ryana mengeluarkan isi plastik yang ia beli di warung tadi.
“Wah, besok kita bisa mandi pakai sabun Ryana” kata Vyno tersenyum sumringah seraya melihat semua isi barang yang di belanjakan Ryana tadi sore.
“Iya kak Vyno, kita bisa mandi pakai sampo. Biar wangi..” balas Ryana.
“Kamu benar tante Vina itu baik ya” sahut Vyno membenarkan pujian saudara perempuannya terhadap wanita yang mau memperkerjakan adiknya itu.
“Iya kak Vyno, tante itu baik, cantik, pintar juga” jelas Ryana semangat.
“Kamu disuruh ngapain aja Ryana di rumah tante itu?” tanya Vyno ingin tahu apa saja yang saudara perempuannya lakukan sehingga bisa mendapat upah berupa uang.
“Jadi tadi itu Ryana membaca koran untuk tante Vina, kemudian menemaninya memasak sambil mencuci piring, lalu menyiram bunga. Rumah tante Vina itu ada banyaaaak sekali bunga yang cantik, terus terakhir adalah mengepel rumah tante itu” jelas Ryana sambil senyam-senyum mengingat hal yang sudah ia kerjakan.
“Memangnya kamu bisa mengepel, dulu yang selalu bantu Mama mengepel kan aku” ujar Vyno tidak percaya.
“Bisa dong kak Vyno” tegas Ryana sambil mengangkat kedua alisnya.
“Aku tidak yakin” pikir Vyno dalam hati.
“Kak Vyno tau gak? Tante Ryana itu juga seorang guru” kata Ryana.
“Guru di sekolah?” tanya Vyno
“Bukan kak, tante Vina mengajar di rumahnya. les private katanya” sahut Ryana
“Ooh gitu ya” angguk Vyno.
“Dulu tante Vina pernah mengajar di kota, tetapi berhenti dan pindah ke desa ini” jelas Ryana mengulang cerita dari Vina.