Hadirmu menjadi betah bagiku
Untuk menciptakan kenangan-kenangan
Yang tidak akan pernah berakhir dalam ingatan
Hari ini di rumah tante Vina ada yang berbeda. Ternyata suami tante Vina pulang ke rumah setelah menjalankan tugas wajib yang diembankan kepadanya sebagai seorang prajurit negara. Frans sudah mengenal Ryana dengan baik, meski ia jarang pulang ke rumah. Tetapi, saat pertama kali melihat Ryana, ia sudah sangat akrab dengan perempuan kecil itu yang kini sudah beranjak dewasa.
Sebelum murid-murid tante Vina datang berkunjung. Vina dan suaminya mengobrol di ruang tamu untuk melepas rasa rindunya kepada sang istri dan anaknya. Sedangkan Ryana tampak sedang sibuk membersihkan lantai rumah itu seperti biasanya. Ia bekerja dengan sangat hati-hati agar tidak menganggu keluarga tante Vina yang sedang mengobrol, bersenda gurau untuk melepas kerinduan masing-masing.
“Papa, jangan pergi lagi ya. Nina kangen sama Papa” bujuk anak perempuan Vina kepada Frans yang jarang berada di rumah.
“Iya sayang, Papa juga kangeeen banget sama putri papa ini. Tapi, Papa Nina kan seorang tentara jadi harus pergi bekerja untuk negara kita” lirih Frans dengan suara yang lembut untuk memberi pengertian kepada putrinya itu.
“Iya deh, tapi papa harus janji ya. Pulangnya jangan lama-lama” pinta Nina dengan raut wajah yang sedih saat mengetahui Papanya akan pergi lagi nanti.
“Janji!” bisik Frans seraya mengecup pipi Nina yang kiri lalu pipi kanan.
Ryana tersenyum sumringah sambil mengepel ketika melihat anak dan ayah kandungnya itu, Ryana senang melihat Nina tersenyum, tertawa bahagia lalu cemberut saat mengetahui Papanya akan pergi lagi.
“Pekerjaan kamu disana bagaimana?” tanya Vina kepada suaminya.
“Semua berjalan dengan lancar kok Ma, hanya saja ada sesuatu yang saat ini sedang terjadi” jelas Frans sambil mendudukkan Nina ke atas pangkuannya.
“Ada apa Pa, apa yang terjadi?” tanya Vina penasaran.
“Kamu masih ingat kejadian beberapa tahun lalu saat pesawat Merpati Nusantara Airlines jenis Casa 212 terjatuh dan sampai saat ini belum ditemukan?”
“Iya Pa, aku masih ingat kok, emangnya kenapa Pa?” sahut Vina.
“Jadi kami ditugaskan untuk kembali mencari keberadaan pesawat tersebut untuk mendapatkan kotak hitamnya.” Jelas Frans
“Tapi kan kasusnya sudah puluhan tahun yang silam Pa, bagaimana bisa mencarinya?” lanjut Vina.
“Dari informasi terakhir pesawat itu sepenuhnya terjatuh ke laut, kemungkinan besar jatuhnya di hutan belantara” lanjutnya.
“Oh begitu ya Pa,” angguk Vina sambil memikirkan ucapan suaminya barusan. Bagaimana bisa menemukan bangkai pesawat yang sudah bertahun-tahun hilang pikir Vina dalam hati.
“Pemerintah juga sudah menghimbau kepada masyarakat supaya menginformasikan langsung jika menemukan bangkai pesawat. Bagi siapa yang menemukan akan diberikan hadiah berupa uang yang cukup fantastis” jelas Frans kepada istrinya yang tampak berpikir keras memikirkan semuanya.
“Oh ya, ide yang bagus tuh Pa. Jadi, masyarakat yang tinggal di dekat hutan akan semakin lebih semangat untuk mencari” sahut Vina.
Tidak jauh dari tempat duduk mereka, Ryana yang sedang mengepel lantai rumah itu tampak berhenti sesaat. Ia sedang menyimak setiap informasi yang baru saja ia dengar dari Frans.
“Pesawat Merpati Nusantara Airlines? Akan mendapatkan hadiah uang?” gumam Ryana dalam hati.
Ia mencoba mengingat-ingat tentang rumah yang selama ini sudah menjadi tempat mereka berlindung. Bangkai pesawat yang sedang dicari-cari keberadaannya. Ryana ingin sekali mengucapkan sebuah kalimat kepada Frans tentang keberadaan pesawat itu. Namun, isi kepalanya menahannya untuk memberitahukan sekarang.
Ryana dengan gesit menyelesaikan pekerjaan terakhirnya. Lalu, dengan cepat ia permisi pulang dan berlari-lari menuju rumah tempat tinggalnya. Ketika kakinya menginjakkan tanah di dekat bangkai pesawat itu. Ryana segera mengusap-usap badan pesawat yang berwarna putih kecoklatan dengan tangannya.
Tidak berhasil mencari apa yang ia cari. Ryana segera mengambil air dan membersihkan kulit pesawat itu. Dan sebuah kata tampak jelas ia baca “Merpati” dan terpotong karena bangkai pesawat itu hanya lah sebagaian yang terjatuh di hutan ini. Ryana yakin dan percaya bahwa tempat tinggal mereka selama ini adalah bangkai pesawat yang sedang dicari oleh pemerintah.
“Kak Ryana sedang apa? Kakak ngapain bersihin itu?” tanya Allvaro kebingungan dengan saudara perempuannya yang baru saja tiba dan tanpa mengucapkan apa-apa dan melakukan hal seperti itu.
“Tidak apa-apa Al, kakak Cuma mau melihat tulisan yang ada di pesawat ini” ujar Ryana kemudian masuk dan menyiapkan makan malam mereka.
Meski kepala Allvaro masih dipenuhi pertanyaan atas perilaku Ryana yang membuatnya heran. Ia tidak menanyakannya kepada Ryana, ia tahu kakaknya pasti masih lelah karena baru saja pulang dari tempat ia bekerja.
Kala malam sudah menyelimuti hutan belantara ini. dan puluhan suara hewan yang mulai mengeluarkan suara serta bintang-bintang dan bulan mulai menyiratkan cahayanya menerangi kegelapan malam. Allvaro tampak sudah terlelap dalam mimpinya dengan sebuah buku yang masih menempel di tangannya.
Ryana bangkit berdiri dan dengan sangat pelan, hampir tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Ia menuju tempat dimana ia setiap hari menyimpan sisa uang dari hasil yang ia dapatkan setelah bekerja dengan tante Vina. Ryana membuka kaleng kecil yang ia selipkan dengan sangat aman sehingga hanya dia yang tahu keberadaan kaleng tersebut.\
Dengan perlahan Ryana membuka tutup kaleng itu dan mengeluarkan isinya. “Wah banyak juga ya” pikir Ryana seraya tersenyum melihat semua uang yang sudah beserakan di atas lantai pesawat itu. Ryana menghitung uang tersebut satu demi satu. “Semoga uang ini cukup untuk menyewa satu rumah di desa” gumam Ryana sambil mendekap uang tersebut dengan kedua tangannya.
***