Meskipun ia sudah terbiasa mengajari kedua saudara kandungnya
Namun mengajar di kelas itu ternyata berbeda sekali
Mentari pagi mulai terbit di ufuk timur mulai berjalan masuk ke kamar tidur lewat celah-celah jendela papan. Kicauan burung menjadi alarm pagi yang berhasil membangunkan tidur Ryana. Matanya sembab dan pikirannya masih terbayang oleh kejadian semalam. Ketika bangkit dari tidurnya pun, isi kepala masih terbayang-bayang dengan perpisahannya dengan keluarga tante Vina.
Hari ini tepatnya hari minggu di akhir bulan, Sunvyno dan Skyallvaro akan pulang ke desa ini untuk mengunjungi saudara perempuannya. Vyno dan adiknya berangkat pagi-pagi buta sekali agar tiba di desa itu lebih awal dan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk dihabiskan bersama dengan Ryana. Vyno menjemput Allvaro di asrama sekolahnya pagi ini.
Pagi itu udara sangat dingin diiringi suara rintik hujan masih terdengar di luar. Perjalanan menuju desa mereka habiskan sambil menikmati kesejukan yang tersaji di sepanjang perjalan yang di penuhi pepohonan. Sesekali mereka bercerita dan bercanda bersama melepas kerinduan. Meski, sama-sama tinggal di kota. Namun, mereka tidak sepebuhnya bisa berkumpul bersama setiap hari. Kesibukan masing-masing menjadi jarak di antara mereka.
Tak berselang lama, Vyno dan Allvaro tiba di desa. Dengan langkah kaki yang cepat mereka langkahkan ketika turun dari mobil menuju rumah yang dihuni oleh saudara perempuannya yang bernama Sunryana itu.
“Kak Ryana!!” teriak Allvaro tidak sabar untuk bertemu kakaknya.
“Ryanaaa! Kami pulang” ujar Vyno sambil mengetuk pintu rumah berulang-ulang.
Perasaan rindu sudah sangat mendesak di dada mereka masing-masing. Celengan rindu yang selama ini mereka isi sudah penuh dan ingin dibongkar sesegera mungkin. Dengan sedikit berlari Ryana bergegas menuju pintu ketika mendengar suara saudara laki-lakinya itu terdengar oleh telinga.
“Kak Vyno! Alvaroo!” teriak Ryana saat daun pintu ia buka dengan buru-buru.
Mereka saling berpelukan untuk menyelesaikan perasaan rindu di hati masing-masing. Ryana menangis tersedu-sedu di pelukan kedua saudara laki-lakinya. Sedikit rasa sedih yang mendalam di hatinya bisa terobati dengan kehadiran Vyno dan Allvaro saat ini. tangisannya membuat mereka berpikir bahwa ada sesuatu hal lain yang membuat saudara perempuannya sedih saat ini.
“Ryana, ada apa denganmu? Apa kamu ada masalah disini?” tanya Vyno seraya melepas pelukannya.
Allvaro melihat wajah Ryana dalam-dalam. Matanya sembab. Ia tahu bahwa kakak perempuannya pasti sedang menangis sebelum mereka tiba.
“Ada apa kak?” lirih Allvaro memegang kedua bahu Ryana.
Ryana mengusap air matanya dan mengajak kedua saudaranya untuk masuk dan duduk di dalam.
“Ceritakan sekarang Ryana, kamu kenapa?” pinta Vyno yang penasaran.
“Tante Vina..” sahut Ryana berderai air mata.
“Kenapa dengan tante Vina?” tanya Allvaro.
“Tante Vina pindah dari desa ini. Om Frans naik jabatan dan mereka pindah ke pulau seberang” jelas Ryana.
“Ya ampun Ryana, kupikir kamu kenapa-napa. Sejak kapan tante Vina pindah dari desa ini?” ucap Vyno merasa sedikit lega.
“Hari ini tante Vina sudah pergi” jawab Ryana masih berderai air mata.
“Kak Ryana jangan nangis lagi” sahut Vyno mengelus pundak saudara perempuannya.
“Aku tahu kamu pasti sedih karena tante Vina pergi, kamu sedih karena ada perpisahan lagi yang terjadi. Besok kamu tidak akan kesepian lagi Ryana” kata Vyno memeluk Ryana.
“Maksud kamu apa kak Vyno?” tanya Ryana kebingungan dengan ucapan Vyno.