Menjadi bintang di hati mereka yang gelap gulita
Dengan tanpa syarat segala ilmu dan pengetahuan yang tersimpan dalam dirinya
Ia salurkan kepada setiap anak
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti tahun. Ryana hidup sendiri di desa. Sedangkan Vyno sudah menjadi sangat terkenal sebagai penyanyi yang banyak penggemar dari seluruh pulau yang ada di negeri ini bahkan dari kancah internasional. Dan Allvaro menekuni pelajaran yang saat ini tengah ia laksanakan di pendidikan pilot yang di biayai oleh pemerintah sepenuhnya.
Ryana merasa lebih baik saat ini karena Vyno membantunya membangun sebuah tempat yang digunakan sebagai tempatnya mengajari anak-anak desa yang kurang mampu. Sanggar belajar yang saat ini sedang ia kembangkan sudah memiliki puluhan siswa yang setiap hari datang ke sanggar itu dan mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari Ryana.
Setiap hari sanggar itu di penuhi oleh anak-anak yang ada di desa itu untuk belajar. Mereka begitu semangat untuk datang dan kembali bertemu dengan Ryana yang selalu mengajari mereka dengan penuh perhatian.
Beberapa tahun yang lalu, banyak generasi muda yang tidak mengenyam pendidikan, bahkan anak-anak kecilpun lebih memilih ke sawah dibandingkan pergi ke sekolah. Bukan karena tidak ada sekolah disana, tetapi sulit untuk di jangkau dan tidak banyak guru yang mau mengajar di desa karena jalan menuju sekolah itu benar-benar sulit dijangkau.
Selain itu, biaya sekolah juga menjadi salah satu masalah terberat yang membuat orangtua tidak menyekolahkan anak-anaknya. Oleh sebab itu, Ryana berinisiatif untuk membuka sanggar dan menyalurkan semua ilmu dan pengetahuan yang ia dapatkan dari tante Vina. Buku-buku yang begitu banyak ia dapatkan dari tante Vina pun sudah berjejer rapi si sebuah rak buku yang sengaja ia letakkan di dalam sanggar itu. Supaya setiap anak yang datang bisa menghabiskan waktunya untuk membaca di sanggar ini.
Puluhan siswa telah ia ajari mulai dari tingkat SD sampai tingkat SMA di sanggar yang ia dirikan bersama dengan kedua saudara laki-lakinya. Tidak jarang Vyno mengirimkan buku-buku terbaru dari kota untuk sanggar tersebut. Vyno dan Allvaro tidak lagi dipenuhi perasaan khawatir dan rasa takut menyelimuti hati mereka. Karena, saat ini Ryana tidak seorang diri di desa itu. Ada begitu banyak murid yang menemani kesehariannya.
Sebulan sekali Vyno dan Allvaro selalu menyempatkan diri untuk pulang ke desa dan berkumpul bersama. Sekedar untuk saling melepas kerinduan, berbincang-bincang tentang hari-hari yang sudah mereka lewati sebelumnya. Bahkan, mendiskusikan setiap rencana-rencana mereka di kemudian hari. Juga mengenang masa lalu yang pernah mereka lalui bersama di dalam hutan belantara tanpa didampingi oleh kedua orangtua mereka.
“Kak Vyno, kakak masih ingat gak dulu waktu aku kebelet buang air kecil, kakak ketakutan untuk menemani aku keluar dari tenda?” tanya Ryana seraya merebahkan tubuhnya disamping Allvaro.
“Serius kak?, Kak Vyno takut gelap ya?” sahut Allvaro dengan terkekeh-kekeh sambil menolehkan kepala ke arah Vyno yang tidur di sebelahnya.
“Hahaha, iya Al kak Vyno itu adalah anak yang penakut” jawab Ryana tertawa.
“Itu kan dulu, wajar dong kalau anak kecil takut gelap” balas Vyno membela diri dan sedikit malu karena ketahuan penakut oleh adiknya Allvaro.
“Aku juga anak kecil kandulu, tapi aku gak takut sama sekali” sahut Ryana dan tertawa untuk kedua kalinya.
“Hahahah kak Vyno penakut!” teriak Allvaro sambil menertawakan kakak sulungnya.
“Asal kamu tau ya Al, kamu itu dulu tukang kentut tau!” ujar Vyno tidak mau kalah dari adik kecilnya. “Ryana kamu masih ingat kan, dulu Allvaro menangis dan saat kita meletakkan botol yang berisi air panas, dia tertawa saat kentutnya berhasil keluar.. hahahah” Vyno mengeluarkan aib Allvaro dan menertawakannya juga.
“Iya kak Vyno, dulu Allvaro hobby kentut hahah” balas Ryana. “Tapi aku sayang banget sama adik kecilku ini” ujar Ryana seraya memeluk Allvaro yang cemberut saat mengetahui aibnya itu.
“Aku sudah besar kak Ryana” teriak Allvaro sambil melepas pelukan Ryana.
“Kamu tetap bayi kecilku” bisik Ryana dan memeluknya kembali.
“Iya Al, bayi tukang kentut” sahut Vyno tertawa.
“Itu kan dulu, sekarang enggak lagi kok” balas Allvaro membela dirinya. “Iya kan kak Ryana?” tanya Allvaro berharap dibela oleh saudara perempuannya.
“Iya, iya Al. Itu dulu tapi kamu tetap bayi kecilku yang ganteng” jawab Ryana tersenyum sumringah.
“Hahahah bayi kecil” ejek Vyno sambil mengacak rambut Allvaro dengan jemari tangannya.
“Gapapa deh bayi kecil, yang penting aku jadi bayi kecilnya kak Ryana” balasnya sambil memeluk Ryana.
“Iya kamu bayi kecilku” lirih Ryana mengusap-usap rambut Allvaro dengan kasih sayangnya yang masih sama sampai adik kecilnya sudah beranjak dewasa.
“Kak Ryana..” kata Allvaro dengan suara yang datar sambil menatap lurus ke langit-langit rumah.
“Iya Al, ada apa?” tanya Ryana menolehkan kepala.