Still Breathing

Penulis N
Chapter #4

4

Hari itu, kantor kecil yang biasa mereka gunakan dipenuhi dengan aura ketegangan. Aurra duduk di depan meja kerjanya, matanya menatap kosong ke arah layar komputer. Rangkaian pesan dan dokumen yang datang tak henti membuat kepalanya terasa penuh. Namun, ada sesuatu yang lebih berat dari beban kerja: perasaan was-was yang mulai tumbuh.

Gio masuk dengan dua gelas kopi dan duduk di sebelahnya. "Kau harus istirahat sejenak," katanya lembut, "Kalau kau terus begini, kau akan kelelahan."

Aurra menghela napas, "Aku tahu, tapi ada terlalu banyak yang harus kita urus. Ini bukan hanya tentang kasus korupsi biasa, Gio. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang kita lawan."

Mira menyusul masuk membawa berkas-berkas penting. "Aku baru saja mendapat kabar dari whistleblower kita. Dia merasa tidak aman dan meminta kami untuk berhati-hati dengan siapa kami berbicara."

"Sepertinya ada orang dalam yang membocorkan informasi," ujar Aurra pelan.

Gio menggeleng, "Ini sudah bukan hanya soal hukum. Ini soal siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang menyusup di antara kita."

Hari-hari selanjutnya, Aurra mulai merasakan perubahan. Teman-teman dekatnya menjadi sedikit tertutup, beberapa panggilan telepon tidak dijawab, dan pesan singkat yang biasa cepat dibalas kini sering terlambat atau tidak sama sekali. Ia mulai bertanya-tanya, apakah ada di antara mereka yang diam-diam mengkhianati.

Suatu malam, Aurra bertemu dengan seorang informan yang memberikan petunjuk penting. "Hati-hati, Aurra. Ada orang yang bermain dua wajah. Mereka ingin kau berhenti, tapi dengan cara yang sangat licik."

Aurra menatap tajam, "Aku tidak akan mundur. Aku akan terus mencari kebenaran, bahkan jika harus berhadapan dengan bayang-bayang sendiri."

Namun, ketika Aurra pulang ke rumah, ia menemukan pintu kamarnya terbuka sedikit. Ada perasaan dingin yang menusuk saat ia melangkah masuk. Barang-barang di mejanya berantakan, dan sebuah catatan kecil tergeletak di atas meja: "Berhenti atau hilang."

Malam itu, Aurra tidak bisa tidur. Ia memikirkan semua orang yang ia percayai, dan bertanya-tanya siapa yang mungkin menjadi pengkhianat.

Keesokan harinya, Aurra memutuskan untuk berbicara langsung dengan Gio dan Mira. "Kita harus lebih berhati-hati. Ini bukan hanya soal pekerjaan, ini soal keselamatan kita."

Gio mengangguk, "Aku siap menghadapi apapun. Tapi kita harus tetap bersama."

Mira menambahkan, "Kita harus menguatkan diri dan memperketat komunikasi. Jangan ada yang kita sembunyikan."

Mereka bertiga berjanji untuk saling menjaga dan terus bergerak maju bersama. Meski bayang-bayang kepercayaan membuat hati mereka ragu, mereka percaya bahwa kebenaran dan persahabatan sejati akan menjadi cahaya di tengah kegelapan.

Di tengah segala ancaman dan ketakutan, Aurra mulai menyadari bahwa kekuatan terbesar bukan hanya berasal dari bukti dan fakta, tetapi juga dari keberanian untuk tetap percaya dan bertahan.

"Masih ada harapan," pikirnya, "Selama kita bersama, kita bisa melawan bayang-bayang itu."

Setelah kejadian di apartemen Aurra, suasana hati ketiganya semakin berat. Namun, mereka tahu tak ada waktu untuk meratapi ketakutan. Justru kini saatnya memperkuat diri dan mempersiapkan langkah selanjutnya dengan lebih matang.

Di ruang kerja kecil mereka yang dipenuhi tumpukan dokumen dan layar laptop, Aurra, Gio, dan Mira berkumpul pagi itu dengan secangkir kopi dan wajah penuh tekad.

"Aku sudah berbicara dengan beberapa kontak lama di lembaga investigasi," ujar Mira membuka pembicaraan. "Mereka siap membantu kita mendapatkan akses ke beberapa data yang selama ini sulit kita dapatkan."

Gio menatap layar laptopnya, "Bagus. Kita butuh bukti kuat yang tak terbantahkan."

Aurra menambahkan, "Kita juga harus hati-hati dengan siapa kita berkomunikasi. Ancaman sudah jelas. Ada yang ingin menghentikan kita dengan cara apapun."

Mira mengangguk, "Aku sudah buat daftar orang-orang yang bisa dipercaya. Kita harus batasi informasi hanya pada mereka."

Sambil membuka dokumen-dokumen baru, Aurra berkata, "Kita mulai dari analisis transaksi keuangan. Ada pola yang mencurigakan, dan aku yakin ini akan membawa kita ke orang-orang di balik layar."

Gio mengangguk, "Kalau kita bisa menyingkap itu, kita akan punya cukup alasan untuk melaporkan ke pihak berwajib."

Hari-hari berikutnya, ketiganya bekerja keras, bergantian menghubungi saksi-saksi, mencari dokumen tambahan, dan mengatur pertemuan rahasia dengan informan. Semua dilakukan dalam diam dan penuh kehati-hatian.

Suatu sore, Aurra menerima pesan singkat dari seorang sumber terpercaya yang menunggu di sebuah kafe kecil di pinggir kota.

"Ayo kita ketemu, aku punya sesuatu yang penting," tulis pesan itu.

Lihat selengkapnya