Still Breathing

Penulis N
Chapter #8

8

Hari-hari setelah operasi di gudang rahasia, suasana di antara tim Aurra mulai berubah. Tekanan dari luar semakin berat, dan serangan psikologis yang mereka terima membuat banyak dari mereka mulai merasakan kelelahan yang dalam.

Aurra duduk di meja kerja, menatap tumpukan dokumen yang harus mereka telusuri. Namun, pikirannya terasa kosong. Ia merasakan adanya jarak yang perlahan terbentuk di antara anggota timnya.

Mira masuk dengan wajah murung. "Aurra, kita harus bicara," katanya pelan.

Aurra mengangguk. "Apa yang terjadi, Mira?"

Mira menghela napas panjang. "Aku mulai meragukan beberapa keputusan kita. Aku rasa kita terlalu terburu-buru membuka semuanya tanpa strategi yang matang."

Reyhan yang ikut bergabung menimpali, "Aku juga merasa beban ini terlalu berat untuk kita tanggung sendiri. Mungkin kita perlu bantuan eksternal."

Gio, yang selama ini paling tegar, kini juga terlihat ragu. "Tapi siapa yang bisa kita percaya? Semua orang tampak punya kepentingan sendiri."

Aurra mencoba menenangkan suasana. "Kita tidak boleh terpecah. Kita harus tetap satu suara dan fokus pada tujuan."

Namun, perbedaan pendapat itu semakin menguat. Diskusi mereka berubah menjadi perdebatan sengit.

"Kalau terus begini, kita justru bisa memberi celah buat mereka menyerang," Mira memperingatkan.

"Aku tahu risikonya," jawab Aurra, "Tapi kalau kita berhenti, semua pengorbanan ini akan sia-sia."

Ketegangan itu membuat suasana kerja menjadi tidak nyaman. Aurra merasa berat melihat teman-temannya yang mulai kehilangan semangat.

Di tengah situasi itu, Aurra memutuskan untuk mengajak timnya istirahat sejenak. "Kita perlu waktu untuk menyegarkan pikiran dan mengembalikan fokus. Besok kita mulai lagi dengan kepala dingin."

Malamnya, Aurra duduk sendiri di balkon apartemennya, menatap langit yang kelam. Ia merasa beban ini semakin berat, tapi hatinya tetap bertekad untuk melanjutkan perjuangan.

Keesokan harinya, Aurra mengadakan pertemuan kecil dengan beberapa anggota tim yang masih setia. "Kita harus buat rencana baru, lebih hati-hati dan terstruktur. Aku tidak mau kehilangan kalian," ucapnya tegas.

Mira yang mendengarkan dengan seksama akhirnya mengangguk perlahan. "Baiklah, Aurra. Aku percaya pada kamu."

Reyhan dan Gio juga menunjukkan dukungan yang sama. Semangat mereka mulai kembali meskipun tantangan masih menanti.

Namun, Aurra sadar bahwa di luar sana, musuh mereka tidak akan tinggal diam. Mereka harus lebih cerdas dan bersiap menghadapi serangan berikutnya.

Di waktu yang sama, Aurra mendapat pesan dari seorang informan baru yang mengaku memiliki bukti penting tentang salah satu tokoh besar di balik skandal ini.

"Ini bisa jadi kesempatan kita untuk mengubah permainan," pikir Aurra.

Dengan tekad baru, Aurra dan timnya kembali bekerja, menyiapkan langkah-langkah berikutnya untuk mengungkap kebenaran dan menjaga kepercayaan yang sudah mereka bangun bersama.

Perjuangan mereka belum berakhir. Justru kini, saat persahabatan diuji dan ancaman semakin nyata, mereka harus lebih kuat dan bersatu dari sebelumnya.

Aurra menutup laptopnya dan menghela napas dalam-dalam. "Kita masih bernafas, dan selama itu, kita akan terus berjuang."

Beberapa hari setelah pertemuan tim yang menyegarkan kembali semangat, Aurra merasa ada angin baru yang mulai bertiup dalam perjuangan mereka. Namun, ia tahu betul bahwa setiap langkah maju pasti membawa risiko baru. Terlebih, musuh mereka kini semakin agresif.

Pagi itu, Aurra menerima pesan dari informan misterius yang menyebut dirinya "Raka". Pesan singkat itu berisi petunjuk tentang lokasi pertemuan rahasia seorang pejabat tinggi yang selama ini dianggap bagian dari konspirasi.

Aurra menatap layar ponsel dengan penuh perhatian. "Ini mungkin kesempatan yang kita tunggu-tunggu," gumamnya.

Dia segera menghubungi Reyhan dan Mira. "Kita harus bergerak cepat dan hati-hati. Informan memberikan kita kunci untuk membuka pintu besar."

Reyhan mengangguk tegas. "Aku akan siapkan tim kecil untuk operasi intelijen."

Mira menambahkan, "Kita harus memastikan semua berjalan tanpa jejak. Jika ketahuan, kita bisa kehilangan segalanya."

Malam harinya, Aurra bersama tiga anggota timnya menyusup ke lokasi yang tertera di pesan. Tempat itu adalah sebuah vila mewah di pinggiran kota, yang dijaga ketat oleh sejumlah pengawal bersenjata.

Aurra mengatur napasnya, mencoba menghilangkan ketegangan. "Kita harus cepat, dapatkan bukti, dan keluar sebelum mereka sadar."

Lihat selengkapnya