Pagi itu, Aurra merasakan keheningan yang berbeda dari biasanya. Hatinya masih dipenuhi kegelisahan, tapi ia tahu waktu tidak akan menunggu. Setiap detik yang terlewat bisa menjadi celah bagi musuh untuk menyerang.
Mira dan Reyhan sudah tiba di rumah tua itu, membawa perlengkapan dan dokumen yang mungkin bisa membantu mereka menggali lebih dalam misteri masa lalu keluarga Aurra. Mereka sepakat untuk membagi tugas agar proses pencarian informasi lebih efisien.
"Aurra, aku akan coba cari tahu tentang jaringan yang terlibat dalam kasus ayahmu dari arsip digital di kota sebelah," kata Mira sambil membuka laptopnya.
"Saya akan pantau keamanan di sini, pastikan tidak ada yang bisa mengintai," tambah Reyhan, memasang kamera pengawas kecil di sudut ruangan.
Aurra mengangguk, lalu membuka kembali jurnal ayahnya. Tiba-tiba sebuah nama yang tercatat beberapa kali menarik perhatiannya: "Rafiq Almasy."
Siapa dia? Aurra bertanya-tanya dalam hati.
Ia kemudian mencari jejak nama itu di internet, dan menemukan beberapa artikel lama tentang seorang pengusaha kontroversial yang pernah terlibat dalam sejumlah kasus korupsi dan penghilangan paksa. Rafiq Almasy, ternyata, adalah sosok yang sangat berpengaruh dan memiliki jaringan luas.
Aurra menyadari, jika ayahnya berani melawan seseorang seperti Rafiq, tidak heran bila masa lalunya dipenuhi ancaman dan misteri.
"Ternyata ayah pernah berhadapan langsung dengan orang-orang berbahaya," gumam Aurra.
Beberapa jam kemudian, Mira menghubunginya lewat telepon. "Aku menemukan sesuatu. Ada satu dokumen yang menyebut nama Rafiq berulang kali dalam laporan investigasi rahasia."
"Apa isinya?" tanya Aurra dengan napas tertahan.
"Dokumen itu mengungkap bagaimana Rafiq menggunakan koneksinya untuk memanipulasi sistem hukum, bahkan menghilangkan bukti yang memberatkan dirinya. Ayahmu sepertinya adalah salah satu dari sedikit orang yang berani menentangnya."
Aurra menutup mata, membayangkan betapa berat perjuangan ayahnya dulu.
Di saat yang sama, Reyhan tiba-tiba mendapati sesuatu yang mencurigakan. "Aurra, kamera pengawas menangkap seseorang di luar rumah. Dia bersembunyi di balik pohon."
Aurra segera keluar, melihat sosok pria berbadan tinggi yang memakai jaket hitam. Pria itu tampak waspada, terus mengawasi rumah.
"Siapa dia?" tanya Mira dari balik pintu.
"Tidak tahu, tapi dia bukan orang biasa," jawab Aurra.
Pria itu kemudian memperlihatkan ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Aurra: "Berhati-hatilah, tali yang mengikat masa lalu dengan masa depanmu sangat rapuh. Jangan sampai putus."
Pesan itu membuat jantung Aurra berdebar. Tali tak terlihat yang selama ini mengikat hidupnya dengan masa lalu, ternyata masih terus berpengaruh hingga sekarang.
"Kita harus lebih hati-hati dari sekarang," ujar Aurra dengan tegas. "Ini bukan hanya tentang kebenaran, tapi juga keselamatan kita."
Malam menjelang, mereka bertiga kembali berkumpul di ruang tamu. Aurra berbagi hasil temuan dan kejadian hari itu.
"Aku merasa seperti berada di dalam labirin," katanya. "Semakin aku mencoba keluar, semakin banyak jalan buntu yang muncul."
Mira menatap Aurra dengan penuh pengertian. "Kadang memang seperti itu. Tapi kita harus terus maju. Setiap langkah, sekecil apa pun, adalah kemajuan."
Reyhan menambahkan, "Kita harus cari aliansi baru. Teman yang bisa dipercaya dan punya kemampuan untuk melindungi kita."
Aurra mengangguk, menyadari bahwa perjuangan ini bukan hanya tentang dirinya, tapi tentang jaringan yang lebih luas dan lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan.
Di luar, angin malam berhembus pelan, membawa harapan dan juga ancaman. Aurra tahu, tali tak terlihat yang mengikat masa lalu dan masa depan sudah semakin kencang. Ia harus berani melangkah, meskipun jalannya penuh risiko.
"Selama aku masih bernafas, aku akan melawan," pikir Aurra.
Dan malam itu, tekadnya semakin kuat untuk menyingkap kebenaran yang tersembunyi di balik bayang-bayang masa lalu.
Hari berikutnya membawa hawa yang berbeda di rumah tua itu. Aurra masih memikirkan pesan misterius dari pria bertopeng hitam semalam. Siapa dia? Apa maksud peringatannya? Namun, Aurra sadar, berlama-lama merenung tak akan menyelesaikan apa-apa. Ia harus bergerak.
Pagi itu, Aurra, Mira, dan Reyhan kembali mengatur strategi. Mereka sudah memiliki peta kasar jaringan musuh yang berpotensi mengancam. Rafiq Almasy memang nama besar yang tak bisa disepelekan, tapi ada pula para kaki tangannya yang lebih berbahaya dalam bayang-bayang.
"Mira, kamu fokus di arsip digital dan sosial media. Aku akan coba kontak beberapa orang yang dulu dekat dengan ayah," ujar Aurra sambil menyeruput kopi hangat.
Reyhan menambahkan, "Aku akan terus pasang alat pengintai di sekitar rumah. Kita butuh informasi lebih banyak soal pergerakan musuh."
Aurra membuka buku catatan ayahnya lagi. Di antara coretan-coretan yang hampir pudar, ada satu nama lagi yang mencolok: "Nadia Siregar."
Nadia, menurut catatan ayahnya, adalah sahabat sekaligus rekan kerja yang paling dipercaya. Tapi di satu titik, hubungan mereka menjadi rumit dan penuh ketegangan.
"Kalau kita bisa temukan Nadia, mungkin dia bisa bantu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi," pikir Aurra.
Tiba-tiba telepon berdering. Nomor tak dikenal. Aurra mengangkat dengan hati-hati.
"Saya tahu kau mencari jawaban tentang masa lalu ayahmu," suara di seberang terdengar berbisik. "Tapi hati-hati, Aurra. Mereka selalu mengawasi."