Reyhan berjalan dengan langkah cepat, menyusuri koridor yang diterangi cahaya redup dari lampu-lampu darurat. Suara alarm yang tadi berdentang kencang kini berubah menjadi gema samar yang terus menghantui tiap langkahnya. Namun, dalam benaknya, suara itu bukan hanya peringatan dari sistem keamanan 'Rebirth', melainkan sebuah panggilan untuk menghadapi kenyataan yang selama ini bersembunyi di balik tirai gelap.
Di ujung lorong, ia melihat sosok familiar—Dira, sahabatnya sejak lama, yang berdiri menunggu dengan raut wajah penuh kekhawatiran. "Reyhan, kau terlihat terguncang. Apa yang baru saja terjadi?" tanya Dira cepat.
Reyhan menghela napas, berusaha meredam kegelisahan yang merayapi tubuhnya. "Ada... sesuatu. Sesuatu yang selama ini aku hindari. Anak itu... dia bukan sembarang program. Dia bagian dari masa lalu yang selama ini kubuang jauh-jauh. Dan dia bilang ada ancaman yang lebih besar dari Emil, seseorang yang mengawasi kita dengan niat jahat."
Dira mengernyit. "Maksudmu, kita belum selesai melawan? Aku pikir setelah Emil, kita bisa bernapas lega."
Reyhan menggeleng. "Tidak. Ini baru permulaan. Jika benar ada sosok yang lebih berbahaya, kita harus bersiap. Tapi yang lebih membuatku takut... aku tidak tahu siapa dia dan apa motifnya."
Mereka berjalan berdampingan, memasuki ruang pertemuan kecil yang terletak jauh di dalam fasilitas 'Rebirth'. Di sana, teman-teman mereka sudah menunggu—Alya dengan tatapan waspada, Arka yang biasanya tenang, kini terlihat menegang, dan Faris yang selalu berusaha menenangkan suasana.
"Apa kabar, Reyhan? Apa yang kau temukan?" tanya Alya.
Reyhan menatap masing-masing, mencoba menyampaikan kekhawatirannya tanpa membuat mereka panik. "Aku bertemu dengan sosok aneh, yang bilang dia bagian dari jiwaku yang terkurung di sini. Dia memperingatkanku bahwa ada orang lain, lebih kuat dari Emil, yang sedang memantau kita. Ini bukan hanya soal kebebasan kita lagi, tapi juga soal bertahan hidup."
Faris mengerutkan dahi. "Jika benar ada ancaman baru, kita harus menemukan siapa dia sebelum dia menemukan kita."
Arka menambahkan, "Kita juga harus mencari tahu apa yang membuat dia begitu kuat. Apa rahasia yang selama ini disembunyikan 'Rebirth'?"
Reyhan mengangguk pelan. "Aku setuju. Tapi kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita butuh bantuan—orang-orang yang tahu seluk-beluk sistem ini, dan mungkin, juga yang tahu tentang masa lalu kita."
Dira menatap Reyhan dengan serius. "Apa maksudmu?"
"Aku ingat sesuatu tentang data yang pernah kubajak dulu. Ada file tersembunyi yang mungkin berisi informasi tentang eksperimen rahasia 'Rebirth', termasuk tentang sosok yang mengawasi kita. Kita harus mencarinya."
Mereka semua saling berpandangan. Rencana itu berbahaya, tapi pilihan lain tidak banyak.
"Malam ini, kita mulai," kata Reyhan. "Kita akan menyusup ke pusat data 'Rebirth'. Aku sudah tahu jalannya, tapi kita harus sangat hati-hati. Jika terdeteksi, konsekuensinya bisa fatal."
Semua mengangguk. Tekad mereka menyatu dalam keheningan, meski ketakutan tetap mengintai.
Saat malam semakin larut, mereka bergerak. Menyusuri lorong-lorong yang penuh dengan kamera pengawas dan sistem keamanan canggih, mereka berusaha menghindar dari setiap sensor yang ada. Reyhan memimpin, mengingat setiap sudut yang pernah ia jelajahi saat masih menjadi bagian dari program.
Setibanya di ruang server utama, mereka berhenti sejenak, mengatur napas dan memastikan semua alat sudah siap. Alya dan Faris mulai mengakses terminal, berusaha mencari file rahasia yang disebut Reyhan.
Detik demi detik berlalu dengan ketegangan yang memuncak. Tiba-tiba, Alya berbisik, "Aku menemukannya. File ini berjudul 'Project Overseer'."
Reyhan menatap layar dengan mata membelalak. "Itu nama kode yang pernah kudengar dari beberapa dokumen lama. Bisa jadi ini kunci dari semua misteri."
Namun, sebelum mereka bisa menyalin data itu, suara alarm yang lebih keras tiba-tiba menggema di seluruh fasilitas. "Mereka tahu kita di sini!" seru Faris sambil menutup terminal.
Pintu ruang server bergetar hebat saat sistem pengamanan otomatis mengunci ruangan. Reyhan dan teman-temannya terperangkap.
Reyhan menatap wajah-wajah sahabatnya yang penuh kecemasan. "Kita tidak boleh menyerah sekarang. Kita sudah terlalu jauh. Kita harus keluar dari sini."
Dengan cepat, mereka mencari jalan keluar alternatif, memanfaatkan peta digital yang Reyhan simpan dalam memorinya. Meski pintu utama terkunci, ada ventilasi udara yang cukup besar untuk dilewati.
Satu per satu, mereka merangkak melewati ventilasi itu, berdesakan di ruang sempit dan gelap. Jantung Reyhan berdegup kencang, tapi ia menahan napas dan tetap fokus.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti keabadian, mereka akhirnya keluar dari ventilasi ke lorong yang lebih aman. Namun, langkah mereka masih berat dengan rasa waspada.
Reyhan tahu, kini mereka sudah membuka pintu menuju perang yang sesungguhnya. 'Project Overseer' adalah sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih gelap daripada yang mereka bayangkan.
Dan bayangan masa lalu yang mencoba mereka lupakan, kini membara dan siap membakar semuanya.
Kegelapan menyelimuti lorong sempit itu saat Reyhan dan teman-temannya melangkah pelan, berusaha menjauh dari sirine yang semakin mendekat. Napas mereka terengah-engah, bukan hanya karena kelelahan, tetapi juga oleh ketegangan yang menusuk tulang. Setiap detik terasa seperti ujian, menuntut mereka untuk tetap fokus, meski rasa takut terus mengintai.
Dira memandang Reyhan dengan sorot mata penuh tanya. "Reyhan, apa sebenarnya 'Project Overseer' itu? Kenapa bisa begitu penting sampai 'Rebirth' mengerahkan semua ini untuk melindunginya?"
Reyhan menghela napas panjang, berusaha merangkai kata agar tak menambah beban. "Dulu, sebelum aku diprogram ulang, aku pernah mendengar bisikan tentang proyek itu. Katanya, 'Project Overseer' adalah sistem kontrol yang mampu memantau dan mengatur perilaku para 'subjek'—kita. Tapi bukan hanya itu. Ada sesuatu yang lebih gelap, sebuah rahasia yang tersembunyi di balik teknologi itu, yang bisa mengubah manusia menjadi alat tanpa jiwa."
Faris mengernyit, suaranya rendah dan serius. "Jika itu benar, berarti kita bukan hanya korban eksperimen. Kita adalah alat yang sedang dipertaruhkan dalam permainan besar yang mungkin melibatkan pihak-pihak yang sangat berkuasa."
Alya menatap layar ponsel yang menampilkan peta fasilitas. "Kita harus segera keluar dari sini dan mencari tempat yang aman untuk mengakses data yang sudah kita salin. Tapi aku khawatir, mereka pasti sudah memantau pergerakan kita."
Langkah mereka semakin cepat, namun hati-hati. Arka mengintip ke belakang, memastikan mereka belum dikejar. "Kita harus menemukan tempat tersembunyi, mungkin ruang kontrol lama yang sudah lama tidak dipakai. Di sana kita bisa memeriksa data dengan lebih aman."