Still Breathing

Penulis N
Chapter #19

19

Pagi itu, sinar matahari menyelinap pelan melalui celah jendela, menerangi ruangan kecil tempat Dira, Reyhan, dan Alya berkumpul. Namun, suasana hati mereka sama gelapnya dengan malam sebelumnya. Semalam penuh diskusi dan rencana, tapi satu hal tetap menggantung di benak mereka—anak-anak dalam foto itu.

"Aku sudah coba menghubungi beberapa orang yang pernah bekerja di fasilitas itu," ujar Alya sambil menatap layar laptopnya. "Beberapa bilang mereka dikeluarkan atau pindah kerja setelah 'Project Overseer' diumumkan berhenti. Tapi ada satu nama yang sering muncul: Dr. Nara."

Dira mengernyit. "Dr. Nara? Siapa dia?"

"Dia adalah kepala ilmuwan utama di proyek itu, katanya sangat misterius dan jarang berinteraksi dengan staf lain. Setelah proyek dihentikan, dia menghilang tanpa jejak," Alya menjelaskan.

Reyhan mengangkat alis. "Kalau dia masih hidup dan tahu tentang anak-anak itu, mungkin dia kunci untuk menemukan mereka."

Dira mengangguk. "Kita harus cari tahu di mana dia sekarang. Kalau Alya bisa membantu melacaknya, aku dan Reyhan akan bersiap untuk berangkat."

Sejam kemudian, Alya mengirimkan sebuah alamat yang terletak di pinggiran kota, di sebuah rumah tua yang tampak terlantar. "Menurut informasi yang aku dapat, Dr. Nara sering ke sana, kadang untuk mengunjungi seseorang atau sesuatu yang penting baginya."

Dengan perasaan campur aduk antara harapan dan kecemasan, Dira dan Reyhan berangkat ke alamat itu. Jalan menuju rumah itu berliku dan sepi, jauh dari hiruk-pikuk kota. Setibanya di sana, mereka melihat rumah itu memang sudah lama ditinggalkan, dengan cat yang mulai mengelupas dan jendela-jendela yang berdebu.

"Kalau dia benar ada di sini, kita harus hati-hati," bisik Reyhan sambil melangkah perlahan menuju pintu depan yang setengah terbuka.

Mereka memasuki rumah dengan hati-hati. Bau kayu tua dan debu memenuhi ruangan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan selain beberapa kertas dan catatan yang berserakan di meja tua. Namun, di salah satu sudut, mereka menemukan sebuah lemari besi kecil yang terkunci rapat.

Dira mengambil kunci kecil yang tergantung di gantungan dekat pintu dan dengan gemetar membuka lemari itu. Di dalamnya, mereka menemukan sejumlah dokumen dan sebuah flashdisk yang tertulis "Rebirth Data – Confidential."

Reyhan mengambil flashdisk itu dan memasukkannya ke laptop yang mereka bawa. Satu per satu data muncul di layar, memperlihatkan catatan eksperimen yang mengerikan—anak-anak yang direkrut, dipantau, dan dimanipulasi secara genetik untuk tujuan yang tidak manusiawi.

"Ini lebih buruk dari yang kita bayangkan," gumam Dira sambil menatap data dengan mata berkaca-kaca.

"Dan lihat ini," Reyhan menunjukkan sebuah foto lain, kali ini seorang gadis kecil dengan mata yang sama seperti salah satu anak dalam foto yang dulu mereka temukan. "Ini anak-anak itu... dan ada keterangan lokasi terakhir mereka."

Dira menarik napas panjang. "Kita harus segera ke sana. Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk menyelamatkan mereka—atau setidaknya, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."

Mereka bergegas meninggalkan rumah itu dengan perasaan campur aduk—antusias tapi juga penuh kekhawatiran. Alya sudah menunggu dengan kendaraan yang siap membawa mereka ke lokasi yang tertera.

Dalam perjalanan, Reyhan merenung. "Kalau kita berhasil menemukan mereka, kita juga harus siap menghadapi kenyataan pahit. Mereka mungkin sudah bukan anak-anak yang kita kenal dulu."

Dira menggenggam tangan Reyhan, memberikan kekuatan. "Tidak peduli apa pun yang kita temukan, kita akan tetap berjuang untuk mereka. Mereka adalah harapan yang tidak boleh kita sia-siakan."

Ketika mereka tiba di lokasi, sebuah bangunan tua dan terbengkalai berdiri di tengah hutan kecil. Udara dingin dan sunyi menyelimuti, hanya suara angin yang sesekali terdengar.

Mereka melangkah masuk dengan waspada, mengetahui bahwa di dalam sana mungkin tersimpan kebenaran yang selama ini tersembunyi.

Langkah mereka terhenti saat sebuah pintu terbuka perlahan, dan sosok kecil muncul dari balik bayangan.

"Mama...?" suara lembut itu terdengar, membuat dada Dira bergetar.

Sosok itu adalah seorang gadis kecil dengan mata penuh harapan dan ketakutan yang tertahan.

Dira tersenyum, air mata mengalir perlahan. "Kita di sini. Kamu aman sekarang."

Malam itu, di dalam reruntuhan yang menyimpan banyak rahasia, harapan kembali menyala. Mereka tahu perjalanan masih panjang dan berbahaya, tapi setidaknya, mereka tidak sendirian.

Setelah pertemuan yang mengejutkan di dalam bangunan tua itu, Dira, Reyhan, dan Alya membawa gadis kecil yang mereka temukan keluar ke udara bebas. Nama gadis itu adalah Maya, dan dari cerita singkat yang ia sampaikan, jelas bahwa banyak hal kelam yang masih tersembunyi di balik proyek yang selama ini mereka kejar.

Maya masih kecil, tapi matanya menunjukkan luka yang dalam, lebih dari yang bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Dira merangkulnya perlahan, mencoba memberikan rasa aman yang selama ini mungkin sangat langka bagi Maya.

"Kamu tidak perlu takut lagi, Maya. Kami di sini untuk membantumu," ucap Dira lembut.

Reyhan mengamati sekeliling, memastikan tidak ada ancaman yang mengintai mereka. "Kita harus cepat keluar dari sini dan kembali ke tempat yang aman. Tapi sebelum itu, kita perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi di proyek ini."

Alya mengangguk. "Aku akan mencoba mengekstrak semua data dari flashdisk ini dan mencari tahu apakah ada petunjuk lain mengenai anak-anak lain yang mungkin masih tersembunyi."

Mereka berjalan perlahan meninggalkan lokasi itu, tapi bayang-bayang masa lalu masih membayangi langkah mereka.

Di perjalanan pulang, Maya membuka suara untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu.

"Aku ingat... ada suara-suara, suara alat-alat aneh, dan kadang dokter-dokter datang dengan wajah dingin," suaranya gemetar. "Mereka bilang kami 'proyek khusus'... dan kalau kami tidak berhasil, semuanya akan dihapus."

Dira menahan haru mendengar cerita Maya. "Siapa yang mengatakan itu?"

Maya terdiam sejenak, lalu menunjuk ke arah hutan yang baru saja mereka lewati. "Dr. Nara... dia sering muncul di sana. Dia bilang kami harus kuat, tapi aku rasa itu hanya alasan untuk membuat kami patuh."

Reyhan menyipitkan mata. "Kalau begitu, dia bukan hanya ilmuwan biasa. Dia punya motif yang lebih gelap."

Alya yang duduk di belakang terus memperhatikan Maya dengan penuh simpati. "Kita harus temukan Dr. Nara dan hadapi dia. Dia mungkin satu-satunya yang bisa menjelaskan semuanya."

Sesampainya di tempat yang mereka sebut 'markas', suasana sedikit lega tapi ketegangan tetap terasa. Mereka tahu, perjuangan belum berakhir. Di ruang kerja Alya, layar laptop menyala dengan berbagai data yang mulai terbuka satu per satu.

"Lihat ini," Alya menunjuk sebuah dokumen yang berjudul 'Evaluasi Subjek Eksperimen – Rebirth Project'. "Dokumen ini menjelaskan tentang anak-anak yang dipantau dan tujuan awal proyek ini: menciptakan manusia super yang bisa bertahan dalam kondisi ekstrim."

Dira membolak-balik dokumen itu dengan penuh perhatian. "Tapi ini berarti anak-anak itu bukan hanya korban. Mereka eksperimen yang... dimanipulasi."

Lihat selengkapnya