Tepat pukul enam pagi Marco dan istrinya pergi ke jalan Jenderal Ahmad Yani yang setiap hari Minggu diadakan Car Free Day. Sebelumnya, Marco memarkirkan mobilnya di parkiran Masjid Mujahidin. Banyak orang yang sudah berlalu-lalang di jalan itu. Anak muda yang bergerombol asyik bermain sepeda atau skateboard, sedangkan rombongan ibu-ibu lebih banyak yang berjalan sambil mengobrol.
Marco dan Agatha berlari kecil sembari menunggu kedatangan Angel yang katanya akan sampai dalam waktu lima menit. Memang benar, tidak lama ada wanita yang menggandeng anak kecil tengah melambai ke arah mereka.
"Maafkan aku, Mar. Seharusnya aku datang lebih dulu karena aku yang mengajak." Wajah mungil yang terlihat cantik itu memberikan senyuman manis kepada Marco.
Agatha memperhatikan Angel dari kepala hingga kaki. Tubuh yang tidak kalah indah dengannya. Namun, jauh lebih menarik karena wajah yang memang menawan dan pakaian yang sangat memperlihatkan kemolekan tubuh.
"Tidak apa-apa. Kami juga baru sampai." Marco balas tersenyum.
Mendengar kata kami dari Marco, Angel baru tersadar bahwa pria itu datang bersama seseorang. Sama seperti Agatha, dia pun ikut mengamati secara keseluruhan. Sesaat kemudian, Angel tersenyum tipis.
Marco mulai mengenalkan mereka satu sama lain karena melihat tidak ada satu pun yang mulai berbicara. "Perkenalkan, dia istriku. Namanya Agatha."
"Angelica Ratu," ucap Angel seraya menjabat tangan Agatha.
Mereka melanjutkan niat awal untuk jogging bersama. Bagi Agatha, lebih tepatnya mereka sedang jalan santai. Angel yang membawa anak berumur sekitar lima tahun tidak dapat berlari. Marco pun merasa tidak nyaman untuk lari sendiri.
Setelah tiga puluh menit berjalan, mereka memutuskan untuk pergi ke arah GOR yang di sisi kanan kirinya terdapat stan jualan, mulai dari pakaian, hiasan, dan makanan. Ada juga anak sekolahan yang menghibur dengan menari dan bermain alat musik untuk mengumpulkan dana.
Angel mengajak Marco dan Agatha untuk singgah ke tempat yang menjual bubur pedas. Makanan khas Sambas itu merupakan kesukaan Marco sejak dulu. Dia memang menyukainya karena sayuran menjadi bahan utama pada bubur pedas.
"Aku sering makan di sini, bubur pedasnya enak. Kamu masih suka 'kan, Mar?"
Agatha tidak pernah tahu Marco suka dengan makanan itu. Selama ini suaminya tidak pernah cerewet tentang makanan. Dia pun salah juga karena tidak pernah menanyakan makanan kesukaan Marco.
"Kamu masih ingat saja." Marco menambahkan kecap pada semangkuk buburnya.
"Tentu aku ingat. Dulu kita sering makan bubur pedas berdua," ucap Angel dengan semangat.
Melihat Agatha yang diam saja, Marco merasa bersalah. Memang istrinya sering diam, tapi sekali lagi dijelaskan bahwa dia terbiasa membaca tingkah dan raut Agatha. Kali ini Marco menyimpulkan wanita di sampingnya tidak nyaman dengan topik pembicaraan ini.
"Anak kamu menggemaskan," ucap Marco sebagai pengalih topik. Namun, memang benar Angelia Putri menarik perhatian Marco. Wajahnya mirip dengan Angel, tapi berpipi tembam dan tidak banyak bertingkah seperti anak-anak seumurannya.