Raka biasa mendapatkan sorakan yang meriah seperti ini. Puluhan orang ini terus-terusan meneriakan nama 'Kara' dengan semangat.
Ah. Nama Kara merupakan nama panggungnya selama manggung bersama teman-temannya. Dia asal saja membalik namanya dan menjadikannya nama panggung.
Matanya memandangi para fans nya sampai dia sadar bahwa ada perempuan yang rambutnya diikat agak tinggi. Mata hitam itu dengan tajam menatapnya, penuh tanya.
Ah, dia.
Perlahan, bibir Raka mulai memperlihatkan seringaiannya.
"Tonight, we'll sing our first song. Special performance for my muffin,"
Suara gelisah dan gemuruh mulai terdengar. Para fans mulai kisruh saat Kara menyebut 'my muffin'. Setahu mereka, Kara tidak mempunyai pacar.
"My muffin Venata, will you come in and sing with me?"
Sontak, seluruh mata mulai mencari-cari sosok bernama Venata sampai pandangan mereka terhenti pada perempuan berseragam dengan rambut yang dikuncir.
Perempuan itu malah menatap Kara garang dan dengan santai berjalan ke atas panggung. Perempuan dengan rambut pendek disampingnya terlihat mencekal tangannya, menanyakan apa maksud semua ini, dan dengan santai dia mengatakan akan menjelaskan nanti.
Vena sudah berdiri di panggung. Kara dengan senyum jahilnya menyodorkan microfon pada Vena.
"Guys, introduce my muffin, Venata,"
Vena mendekatkan mic nya dan sekilas menatap Rachel yang menunggu penjelasannya.
Vena juga bingung tapi dia harus bersikap santai, bukan?
"Good night everyone. Saya Venata, dan saya bukan his muffin or something like that. Saya bahkan baru pertama kali datang ke konser Starlight dan saya tidak tahu-menahu soal ini. Terimakasih," Vena menyodorkan micnya lalu berjalan keluar dari kafe.
Kara hanya tersenyum kecil lalu melanjutkan konsernya setelah keributan kecil itu.
---
"Ven, lo kenal Kara?" Rachel mulai menginterogasi Vena.
"Nggak lah. Gue aja baru ketemu tadi," jawab Vena
"La terus, si Kara tahu nama lo dari mana?" ujar Rachel histeris.
Sejenak, Venata berpikir. Dia bukanlah orang yang dengan mudah memberikan namanya ke orang lain. Pasti dia pernah bertemu dengan Kara itu entah kapan dan melupakannya.
Tiba-tiba, sekelebatan kakak kelas yang bertindak aneh tadi siang muncul di pikirannya. Vena tak melihat wajah cowok itu dengan seksama. Tapi suaranya...
"Ah iya, gue pernah ketemu!" ujar Vena.
Rachel mulai menampakkan wajah binar penuh rasa ingin tahunya.
"Dimana?"
"Dia kakak kelas kita. Namanya Raka, iya kan?" ujar Vena mengingat-ingat.
"Heh, kamu bilang Kara itu Raka? Mirip dari mananya? Raka itu ya cowok introvent abis. Dia bahkan gak pernah mau menatap mata orang kalau bicara. Beda banget lah sama our star Kara,"
Vena terdiam. Masa iya sih beda? Suara mereka sama. Dan posturnya juga agak mirip. Cuma, apa iya Raka itu sosok introvent seperti yang Rachel bilang. Padahal tampangnya tengil begitu.
"Udah deh Ven, jujur aja gak papa kok," Rachel merengek lagi.
"Sumpah ya, Chel, gue gak tahu lagi. Gue tadi siang cuma ketemu Raka-Raka itu dan suaranya mirip banget sama Kara. Ah udah, gue kerjain Biologi dulu," ujar Vena lalu pergi ke meja belajarnya.
Rachel menatap Vena kesal lalu mengambil laptop Vena. Menyalakannya dan mencari drama korea terbaru yang Vena simpan. Setelah menemukannya, dia menyelonjorkan kakinya dan menonton.
"Nggak ngerjain PR? Bu Asih masih galak loh," ujar Vena tiba-tiba.
"Nanti aja, lihat abang Jong Suk dulu sama neng Suzy. Awhh mesra banget," ujar Rachel jingkrak-jingkrak.
Vena menggelengkan kepalanya takjub lalu kembali ke kesibukannya.
---