Still Waiting for A Reason

Roormniax
Chapter #3

#3 - Klarifikasi

Vena mengakses beberapa link untuk menyelidiki siapa itu Kara. Hasilnya, tidak begitu banyak blog yang mengupload soal Starlight ataupun Kara. Band indie itu memang cukup terkenal di sekolahnya tapi tidak begitu banyak orang yang tahu.

"Argh, beneran kan kalau Raka itu Kara. Tapi bagaimana aku buktiin? Aneh juga Rachel, ngaku fans Kara tapi masak gak tahu kalau Raka itu Kara? Fans Starlight matanya pada gimana sih?"

Pintu kamar Vena diketuk. Ternyata Ayahnya membawakan donat yang baru dibelinya sepulang kerja.

"Anak Ayah lagi apa?"

Vena dengan cepat menutup laptopnya dan mengangkat buku kimia.

"Belajar, Yah,"

Ayah berjalan mendekati Vena dan meletakkan kresek donat di meja belajarnya.

"Jangan belajar terus, nanti sakit," ujar Ayah lalu mengelus puncak kepala Vena pelan. Setelahnya ia pergi meninggalkan Vena yang kembali kepada kesibukannya.

"Pokoknya, bakal kubuktiin kalau Kara itu Raka. Damn that boy, really!"

...

Misi Vena untuk mengungkapkan jati diri Raka dimulai hari ini. Sengaja dia menolak ajakan Rachel pergi ke kantin hanya untuk bisa pergi ke kelas Raka. Pertamanya takut. Secara, kelas dua belas loh, sedangkan Vena baru saja naik ke kelas sebelas. Nyalinya memang masih bisa lah dibilang ciut tapi nggak ciut-ciut amat.

Sesampainya di depan kelas Raka, Vena mengatur nafasnya lalu menemukan ada kakak kelas perempuannya yang duduk di depan kelas.

"Permisi, Kak, maaf mengganggu. Saya mau nanya Kak Rakanya ada?" tanya Vena sopan.

Sejenak, perempuan itu menatap Vena kaget lalu setelahnya dia tertawa.

"Ah sorry sorry, bentar ya gue panggilin. Rak, ada cewek nih nyariin lo,"

Raka muncul tak lama kemudian. Masih dengan penampilan yang sama. Rambut klinis dengan kacamata bundarnya. Vena heran dengan penampilan ini. Lalu, siapakah yang dia temui di kelasnya beberapa hari lalu?

"Ada perlu apa lagi?" tanya Raka.

"Kita perlu menyelesaikan masalah kemarin. Kemarin kamu manggil saya my muffin kan? Berarti kamu Kar---"

Lagi lagi, Raka menarik tangan Vena. Menggiringya ke perpustakaan.

"Hah, capek juga ya ngeladenin cewek kaya lo," ujar Raka.

"Tuh kan, keluar juga aslinya," cecar Vena.

"Dengar ya Venata, ah, jelasinnya dari mana ya," Raka mengacak rambutnya kasar.

"Dari pas kamu manggil saya my muffin di konser Starlight dua minggu lalu,"

Akhirnya, Raka mendengus kasar. Memang sepertinya lebih baik dijelaskan daripada di sembunyikan lama-lama.

"Kara itu bukan gue. Gue itu Raka seperti yang lo lihat sekarang ini. Cowok culun dengan kacamatanya,"

"Bohong,"

"Bukan. Gue beneran. Lo bisa buktikan kalau gue bukan Kara. Kara itu adik gue,"

Satu detik. Dua detik.

"HAH? MAKSUD KAMU?!"

"Ssttt.. perpustakaan ini. Gini ya, gue nggak tahu Kara kenal lo darimana yang jelas, gue bukan Kara. Gue Rakash Tradjaya dan adik gue, Kara adalah orang yang berbeda. Sudah lo paham?"

"Terus kamu tahu sapaan my muffin darimana?"

Tubuh Raka membeku. Kemarin dia benar-benar kelepasan, jadi dia tak memikirkan kalau Vena tetap mengingatnya dan menjadikannya bumerang.

"Ya dari Kara lah, lo itu gimana. Sudah ya, gue balik," bohong Raka.

Setelahnya, Vena kembali terbengong oleh kenyataan baru ini.

Lihat selengkapnya