Memiliki peran penting di kampusnya pasti bukan hal yang mudah. Selain harus selalu menunjukkan yang terbaik, tentu aja menjadi incaran mahasiswi lain. Belum lagi jika memiliki paras yang rupawan. Hal ini lah yang di alami seorang Dion. Jujur ia ikut dan bisa menjadi ketua Hima karena memang ingin. Agar kehidupannya sebagai mahasiswa tidak terlalu datar. Mengambil jurusan Arsitek yang selalu di cap oleh orang-orang jika ia pasti dari keluarga terpandang.
Dan sisi negatif sejak ia menjadi ketua Hima adalah, tak berhentinya surat yang selalu penuh dalam sebuah kotak di ruangannya. Entah surat cinta, cokelat yang di hias secantik mungkin, bunga, sampai ada yang memberikannya boneka. Dion selalu berpikir jika setiap hari ia bisa merayakan Valentine dengan kondisi seperti ini. Dan berakhir semuanya ia berikan pada Rabin. Entah di makan oleh pria itu, atau di jual kembali. Kalau kata Rabin untuk tambahan dirinya membayar kos-kosan.
"Dion." Sapa seorang wanita yang memiliki tubuh bak model.
"Kenapa?" Balas Dion pada wanita itu.
"Lagi ada kelas gak? Mau ke kantin bareng?" Tanya wanita itu pada Dion.
"Engga ada kelas. Tapi gue gak mau ke kantin. Males." Jawab Dion seadanya.
"Lo udah makan emangnya?" Tanya wanita itu lagi.
"Belum sih. Gak laper aja." Jawab Dion lagi.
Wanita di depannya itu sempat kesal karena respon Dion yang sama sekali tak bersahabat. Bayangkan, ia sudah rela berjalan mencari Dion dari Fakultas Ekonomi di mana ia mengambil jurusan di sana ke Fakultas Arsitek.
"Cie elah, berduaan aja lo." Goda Rabin yang baru saja sampai dan menghampiri keduanya. Wanita itu hanya tersenyum tipis saat kedatangan Rabin.
"Dion, lo gak laper? Ayo kantin. Gue bayarin. Baru dapet uang bulanan dari bunda gue." Ajak Rabin pada temannya itu.
"Ayo dah. Gue mau makan yang banyak ya." Balas Dion lalu langsung menarik temannya itu cepat-cepat menjauh.
"Yaudah gak usah pake narik. Gue bukan anak kucing ya." Omel Rabin karena Dion yang langsung menariknya.
Sementara wanita tadi melihat punggung keduanya menjauh dengan tatapan kesal. Jelas-jelas sosok bernama Dion itu menolaknya saat di ajak dan langsung pergi saat teman prianya yang ajak.
~
Hari kompetisi pun di mulai. Yolanda sebagai ketua tim terus memberikan semangat pada teman-temannya agar tak gugup dan maksimal memberikan penampilan mereka. Pelatih mereka sudah duduk manis di bangku penonton menunggu anak didiknya tampil.
"Din, lo baik-baik aja kan?" Tanya Yolanda yang melihat Dini terdiam.