Rabin merasa bersyukur karena tuhan sangat memberkahi matanya sekarang. Ia sedang bersama Dion menyantap makanan di kantin sambil menunggu penampilan yang Rabin tunggu tiba. Namun nyatanya, belum tampil saja, ia sudah melihat dua orang dari perwakilan tim cheerleader itu sedang berjalan di kantin kampus.
Siulan dan sapaan tak henti-hentinya mengisi gendang telinga Dini dan Ica yang sedang di kantin membelikan teman-temannya beberapa minuman. Jangan salahkan mereka yang menggunakan rok mini. Memang nyatanya seragam cheerleader seperti itu. Yang pasti mengekspos kaki jenjang keduanya.
"Adek, gemes banget. Sini gabung dek."
"Dek, itu paha ayam mulus bener."
"Nyesel aku tuh deh gak satu angkatan sama kamu."
Kira-kira seperti itu kalimat-kalimat yang di dengar oleh Dini dan Ica.
"Gue kaya jalan di toko baju Din. Sana sini negor." Bisik Ica pelan. Dini yang mendengar hanya tertawa. Namun memang nasib mereka berdua yang harus berurusan dengan mahasiswa haus kasih sayang itu. Satu botol yang dibawa Ica seketika jatuh dari plastik. Dan menggelinding tepat di bawah kaki salah satu mahasiswa yang sedang duduk menyantap makanannya di sana. Mau tak mau Ica dan Dini menghampiri keduanya.
"Permisi Kak. Maaf, mau ambil botol minum kita yang jatuh." Ucap Dini sesopan mungkin. Dan nasib mereka lagi karena meja itu adalah meja yang sedang di tempati oleh Rabin.
"Waduh, bentar ya." Ucap Dion menunduk untuk mengambil botol minum itu. Namun saat baru ingin di berikan pada mereka berdua, Rabin dengan cepat mengambilnya.
"Boleh kenalan gak dek?" Tanya Rabin pada keduanya. Dini dan Ica hanya saling menoleh.
"Bin, elah. Kan gue udah bilang jangan di ganggu. Nanti mereka gak nyaman di kampus kita." Tegur Dion pada temannya.
"Biarin sih Di. Namanya usaha ini. Gue sama yang muda gak apa-apa kok." Balas Rabin.
"Yolanda, Kak." Ucap Ica tiba-tiba. Dini menoleh dengan wajah terkejut.
"Nama aku Yolanda." Ucap Ica sambil tersenyum.
"Cantik kaya orangnya. Aku Rabin. Salam kenal ya dek Yolanda." Sapa Rabin.
"Terus ini yang sampingnya namanya siapa? Cantiknya kebanyakan kamu dek. Aku gak kuat liatnya." Ujar Rabin pada Dini yang masih terdiam. Namun tiba-tiba ponsel Dini berbunyi dan mau tak mau ia mengangkatnya.
"Iya, ini lagi jalan ke sana kok." Ucap Dini.
"Ca, ayo. Anak-anak pada nungguin. Udah ada pelatih juga di sana." Ujar Dini sambil menarik Ica. Ica dengan cepat mengambil botol dari tangan Rabin lalu pergi begitu saja.
"Nama Yolanda. Tapi di panggilnya Ca. Gimana ceritanya sih?" Pikir Rabin saat melihat kedua anak itu melangkah pergi.
"Lo aja bego. Mau di boongin. Gue aja bisa nebak tuh anak tadi boong sama lo." Balas Dion sambil tertawa.