Hay, namaku Andriana. Aku duduk dikelas 3 SMP sekarang dan sebentar lagi aku akan menghadapi ujian sekolah aku punya adik perempuan bernama Amaliah dia baru kelas 1 SMP ia beda 2 tahun denganku hari ini senin, dan sekarang aku sedang berjalan ketempat kursus. Aku kursus bahasa asing pada guruku sendiri, Tempatnya tak jauh dari rumah jadi cukup berjalan kaki selama 10 menit saja tak perlu membawa kenderaan.
Aku sebenarnya pindahan dari malaysia tepatnya sekolah melayu dan agama disana karena sebelumnya ayahku bekerja disana sudah lebih dari 5 tahun sendirian sampai akhirnya Ayah memutuskan untuk menjemput kami ikut ke Malaysia. Disana aku sekolah 2 kali dalam sehari pasalnya ia tidak ingin aku lupa dengan bahasa indonesia akhirnya ibu menyekolahkan ku 2 kali dalam sehari dan itu sama sekali tidak ada istrahat.
Pergi pagi jam 7:00 untuk sekolah islam dan pulang 11:00 kemudian beristirahat sedikit setelahnya mandi, dan mengambil makan kemudian berangkat lagi jam 12:30. Ya sekolah melayuku masuknya siang hari dan pulangnya jam 17:00 itu sudah benar benar full day. Untungnya sekolah itu sama sekali tidak jauh dari rumah jadi nggak apa apa lah sekalipun harus dilewati selama hampir 4 tahun. Aku juga sudah mulai terbiasa.
Setiap akhir pekan kami akan berjalan jalan ke taman kota atau pusat perbelanjaan bersama. Tepat diusiaku ke 7 tahun ibu kami dikaruniai adik laki laki. Dan dia di beri nama Aman. Aku masih sangat ingat saat itu adalah hari pertama seumur hidup aku di pukul oleh Ayah.
*Flashback on*
Uueee
Uuueeee
Uuueeee
Adik kecilku menangis dengan suara nyaring. Aku sama sekali tidak memperdulikannya toh ada ibu dan ayah bersamanya. Jujur saja hari ini aku lelah dan hanya ingin beristirahat saja dulu. Amaliah saat itu baru berumur 5 tahun dan saat itu dia benar benar dimanja.
"Andri..." panggil mama sambil menggendong Aman yang menangis dengan kencang.
"Ya ma," jawabku berdiri menghampiri dan melirik Aman.
Sekalipun aku senang karena punya adik cowo tapi juga tak bisa ku pungkiri kepalaku sakit mendengar ia menangis terus menerus.
"Kamu ke toko di bawah dan beli bawang 5 ringgit yah..." suruh ibu saat itu.
"Tapi ma aku kan baru pulang... Minta amaliah aja yah ma." ucapku kala itu.
"Kamu aja Dri, ade kamu lagi baring baring itu."
"Tapi ma, dari tadikan Andri udah bolak balik toko dibawah. Cape... " keluhku.
Aman masih terus menangis, hingga ayah muncul dari dapur dengan ekspresi tak karuan. Sangat tumben sekali Aman rewel hari ini.