Stone Tower

Ananda Putri Safitri
Chapter #2

Bab 1

November 2015

Aroma harum tercium dari panekuk yang sedang dimasak. Khusus di Guangzhou ini, Cong You Bing diberi tambahan taburan bumbu rempah kecoklatan. Sedangkan Qian Xi, lebih suka Cong You Bing yang biasa, bertabur bawang daun dan wijen putih yang telah disangrai dengan sedikit minyak. Ia menikmati panekuk tersebut dengan perlahan lalu berangkat ke Utahloy International School Guangzhou, seperti murid kebanyakan. Ia mengambil tas dan sepatunya lalu mengunci pintu dan pergi. Cuaca di Guangzhou mulai terasa dingin. Ia berjalan santai melintas gang kecil tempat tinggalnya di Guangzhou. Melewati pertigaan perempatan depan, ia belok ke arah kiri dan mendapati beberapa orang berbadan kekar dan berpakaian hitam memasang wajah ganas padanya.

Qian Xi segera berlari kencang menghindari mereka. Pertigaan pertama, ia belok ke arah kiri. Kemudian berlari lurus ke depan. Ketika menemui perempatan jalan, ia dengan cepat memutuskan untuk berlari lurus ke depan. Selisih sekitar lima belas meter, ia menemui pertigaan dan memilih untuk berbelok ke arah kanan. Pilihan yang buruk. Ternyata pria-pria yang mengejarnya malah melipat tangannya di depan dada seolah tahu Qian Xi akan berada di sana. Qian Xi terdiam sebentar lalu segera memutar tubuhnya untuk berlari ke arah lain. Nasib baik sedang tidak berpihak padanya. Ia menemukan beberapa pria seperti yang barusan dilihatnya.

Oke aku terkepung. Pria-pria tersebut menjadi bertambah setelah Qian Xi memilih kabur. Mereka berjalan perlahan mendekat seolah mangsanya sudah terkepung. Tanpa banyak basa-basi, mereka langsung menghajar Qian Xi dengan brutal. Melihat masih ada celah, Qian Xi segera melakukan tendangan ke arah samping. Ia memutar telapak kakinya sebesar 45 derajat hingga pinggangnya memutar, lalu menendang ke arah perut salah satu pria berbadan kekar. Kemudian, ia melakukan tendangan ke arah belakang dengan memutar badan sebesar 90 derajat ke arah belakang, lalu mengangkat lututnya dan kemudian menyentakkan kakinya ke arah pria berbadan kekar di sisi yang lain. Sasarannya ke arah perut. Qian Xi melakukan dua teknik tendangan tadi beberapa kali.

Saat mendapat celah kembali, Qian melakukan tendangan lain yaitu tendangan ganda ke arah samping. Tendangan itu ia lakukan secara beriringan. Sasaran tendangannya yaitu kepala pria berbadan kekar yang berada di depan Qian Xi. Tidak berlama-lama, Qian Xi segera melakukan tendangan lain yaitu tendangan memutar ke arah belakang dengan harapan bisa kabur. Ia melompat dengan gerakan memutar dan gerakan kaki seperti mengait. Arah serangannya menuju arah kepala. Dan teknik bela diri yang terakhir ia pakai adalah tendangan tornado. Tendangan ini dilakukan dengan cara memutar badan ke arah belakang sebesar 360 derajat. Walaupun cukup menguras tenaga, Qian Xi berhasil menumbangkan tiga dari delapan pria berbadan kekar. Kini ia sudah mulai kelelahan. Karena kurang fokus, Qian Xi mendapat pukulan keras pada punggungnya. Ia pun roboh. Rasa perih membanjiri punggungnya. Dalam sekejap, semua pria berbadan kekar bergantian menginjak perut Qian Xi. Tanpa rasa iba, mereka menginjak sekuat tenaga. Qian Xi berusaha menahan injakan dengan cara menahan napas agar perutnya bisa keras dan berusaha sekuat tenaga melindungi kepalanya dengan kedua tangan.

"Kapan kau berencana membayar hutangmu?" tanya salah satu dari pria bertubuh kekar dengan garang. Qian Xi menjawab, "Beri aku waktu dua minggu lagi. Aku berjanji akan membayarnya." "Tidak! Kau harus melunasinya minggu depan! Jika tidak, nenekmu yang berada di kota kecil kuno Huangyao akan kenapa-napa!" ancam pria itu. Qian Xi yang merasa khawatir dengan neneknya segera mengiyakan. "Baik-baik. Aku akan membayar hutangku minggu depan. Aku berjanji," ucap Qian Xi sembari mengangkat tiga jari kanannya isyarat berjanji. Pria itu terkekeh senang dan berkata, "Bagus. Kalau kau berani kabur minggu depan, jangan harap nenekmu akan selamat! Dan satu lagi, jangan lari seperti sekarang ketika kami datang. Karena, itu sia-sia," dengan nada mengancam. Pria itu tersenyum mengejek lalu menginjak perut Qian Xi sekali lagi dan pergi. Qian Xi melihat langkah kaki pria tersebut dengan pandangan mengabur hingga lama-lama menjadi gelap total.

Lihat selengkapnya