Stoples Cinta untuk Alvaro

anjel
Chapter #20

Olimpiade dan Gadis Populer

Zinnia tumbuh dibawah bayang-bayang Dania. Entah bagaimana kedua anak kembar itu memiliki sifat bertolak belakang. Selain pintar, Dania adalah tipikal gadis ceria yang pasti disenangi guru dan sebagian besar anak sekolah. Dania juga pandai bernyanyi sehingga Mama kerap membawanya ke berbagai acara kontes luar kota.

Sementara itu, Zinnia adalah gadis biasa yang lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar kecilnya alih-alih bersosialisasi. Dia juga tidak pintar menyanyi dan tidak pula pintar mengerjakan soal matematika. Lingkungan mau tak mau mulai menghakimi. Perbandingan antara dua pribadi kembar tidak identik itu awalnya terdengar samar, namun lama-lama makin membludak sehingga Zinnia kesulitan menutup kedua telinga dengan tangan mungilnya.

Mungkin itu adalah awal dari runtuhnya kepercayaan diri Zinnia. Namun, ia tidak pernah mengerti bahwa menjadi pendiam dan terlihat rapuh bisa menjadi alasan pembenaran orang lain untuk menjadikannya objek lelucon. Dia telah melewati fase-fase itu dengan khidmat. Masa kecilnya tidak cukup menyenangkan.

"INI APA?"

"Bekal,"

"Apa isinya?"

"Mie goreng."

"Sini buat aku!" Kotak bekal merah muda itu terlepas dari tangan mungil Zinnia.

***

"Kamu punya uang?"

Zinnia menggeleng. Namun dua anak mulai memegangi tangannya sembari anak lain merogoh saku seragamnya.

"Ada, nih. Buat aku, ya? Oke!"

***

"UDAH DIBILANG BUKU KAMU ENGGA ADA!"

"Tapi aku juga ikut ngumpulin PR."

"Coba cari di tong sampah, mungkin dibuang sama Bu Guru."

Suara tawa menggelegar.

***

"Hari ini kalian kedatangan teman baru, namanya Zinnia Novida. Ayo sapa dengan hangat."

Zinnia mengangkat wajahnya ragu-ragu. Begitu menyadari tiap pasang mata sedang memindainya lamat-lamat, ia buru-buru menunduk lagi.

"Salam kenal," cicitnya pelan.

"Mau tau satu rahasia?" tanya Bu Iriana pada anak-anak kelas. "Zinnia adalah kembaran Dania, murid kelas tiga B."

Riuh suara kemudian makin intens.

"Kembar? Tapi kok enggak mirip, sih?"

"Ih, cantikan Dania," celetuk yang lainnya.

"Dia pintar kayak Dania nggak, ya?"

Seseorang tiba-tiba mengangkat tangan.

"Ya?" Bu Iriana mempersilakan gadis di pojokan untuk mengajukan pertanyaan.

"Kok pindah sekolah, kemarin sekolah di mana?"

Zinnia menggigit bibir bawahnya. Gadis itu melirik pada Bu Iriana untuk meminta bantuan.

"Zinnia kurang nyaman dengan teman-teman di sekolah lama sehingga ibunya menyarankan supaya pindah kemari. Karena itu, Ibu harap kalian bisa berteman baik dengan Zinnia."

Lihat selengkapnya