Stoples Cinta untuk Alvaro

anjel
Chapter #29

Bulan Bahasa

Dan Alvaro berbohong.

Dia tidak baik-baik saja.

Zinnia sangat risau mendapati kenyataan sudah tiga hari cowok itu tidak tidak terlihat di lingkungan sekolah. Fakta bahwa mereka baru saja mengobarkan semangat belajar demi menyongsong masa depan cerah di perpustakaan membuat perasaan Zinnia makin campur aduk. Berita bodoh tempo hari menghancurkan banyak hal!

Jumat pagi yang datang lebih cepat nyatanya urung menjadi hari yang menyenangkan untuk Zinnia. D-day festival bulan bahasa dan perayaan ulang tahun sekolah akhirnya tiba. Alibasyah tampak sangat berwarna berkat kerja keras panitia dan segenap OSIS sekolah yang turun tangan membantu persiapan.

Ada bazar makanan, photobooth, bahkan hari itu panitia mendatangkan badut kucing tersenyum yang menjaga booth donasi buku layak baca untuk disumbangkan ke panti asuhan. Para siswa tampak antusias menjelajahi setiap booth. Bagi anak kelas dua belas, hari ini merupakan hiburan yang layak mereka dapatkan ditengah penatnya belajar.

Tarian selamat datang telah dilaksanakan, Kepala Sekolah telah memberi sambutan dan melakukan pemotongan tumpeng. Acara inti ditutup, dilanjutkan dengan pelaksanaan berbagai lomba dan penampilan dari eskul sekolah. Alibasyah tampak sangat heboh. Dalam balutan gaun biru pirus dan rambut yang dicepol anggun, wajah Zinnia justru tampak kusut. Matanya celingukan kesana-kemari, menatap pada keramaian lapangan Alibasyah.

"Ke sana, yuk!" Diana menarik lengan Zinnia. Cewek itu menunjuk pada badut kucing di sisi kiri lapangan yang sudah lenggang.

Zinnia menghela napas. Dia meraih totebag yang sudah dia persiapkan sejak semalam. Ditemani Rianti dan Diana, dia berjalan lesu.

"Wah, semuanya mau disumbangin, kak?" tanya salah satu siswi di meja pencatatan sambil melihat kondisi buku.

Zinnia dan Diana mengangguk-angguk. Sambil kembali memasukkan buku dalam totebag, Zinnia menyerahkannya pada si badut untuk ditaruh dalam booth seraya dia mencatat administrasi.

"Bukunya banyak banget, Kak Nia. Ini tanda terimanya, terima kasih ya, semoga bermanfaat untuk adik-adik kita di panti."

Badut di belakang yang sudah beres dengan buku menepuk bahu Zinnia dengan jarinya yang gendut-gendut. Zinnia menoleh, si badut bertepuk tangan dengan heboh lalu mengacungkan kedua jempol.

"Keren, katanya," ujar si siswi sok mengide menafsirkan perkataan badut kucing.

Tidak sampai disitu, badut itu kemudian membawa tangannya kedepan, seolah meminta Zinnia menunggu. Ia berjalan dengan susah payah ke dalam booth, lalu keluar dengan satu tangan masuk ke saku besar di depan dadanya, lalu satu tangan yang lain melakukan gerak mengibas-ngibas.

Lihat selengkapnya