Stoples Cinta untuk Alvaro

anjel
Chapter #16

Balas Dendam

Alvaro itu ... selalu penuh kejutan. Langit wajahnya tidak hanya berupa matahari jam tujuh pagi. Hari ini, langit itu dipenuhi awan mendung.

Mendung sama sekali tidak cocok hadir di sana.

Hari ini aku memutuskan satu hal besar, berteman dengan Alvaro. Karena sekarang dia temanku, berarti dia adalah seseorang yang berharga.

***

"Anjing, berani-beraninya ..." Kalimat Tina mengambang di udara.

Cewek itu sedang asyik bergelut dengan Jaya di depan pintu Sebelas IPA 1 ketika tubuhnya tiba-tiba terdorong dengan kasar. Menabrak Jaya, keduanya terhuyung hingga nyaris terjerembab ke lantai. Tina tampak marah sekali, namun begitu berbalik dan mendapati Zinnia berdiri angkuh di ambang pintu, dia malah jadi ciut.

"Minggir, badan gede kamu ngehalangin jalan!" Zinnia kembali menoyor bahu Tina dan berjalan santai melewatinya.

Alibasyah tampak cerah pagi itu. Hal pertama yang Zinnia pikirkan saat melangkah ke Sebelas IPA 1 adalah balas dendam. Dia punya tiga agenda balas dendam. Tina dan Jaya jadi korban pertamanya. Sudut bibir Zinnia tersungging penuh kemenangan sesaat setelah dilihatnya Laura duduk sendirian di bangkunya, pura-pura mencoreti buku tulis. Jauh di lubuk hatinya, Laura pasti merasa malu. Dia memang harus merasa begitu.

Tina akhirnya diberitahu Pak Bambang perkara realita dibalik kasus pencurian uangnya. Setelah menerima nasihat panjang dari Pak Bambang. Tina akhirnya mau memaafkan Laura setelah keduanya menangis bersama. Pak Bambang juga mendesak agar Laura dan Tina sama-sama meminta maaf pada Rianti. Meskipun, Zinnia yang juga ada di sana merasa mereka hanya meminta maaf secara teknis belaka. Tina juga memenuhi janjinya untuk tidak menggembor-gemborkan aib Laura kepada anak kelas, sehingga misteri pelaku pencurian menjadi berita hangat di Alibasyah.

"Katanya Zinnia yang ngasih tahu Pak Bambang pelakunya?"

Zinnia mengangkat kepala begitu namanya disebut. Perkumpulan anak cewek di bangku belakang saling bersenggolan. Setelah saling berbisik, akhirnya satu di antaranya pun memberanikan diri bertanya.

"Um ... Beneran Laura pelaku pencuriannya?"

Zinnia melirik pada Laura yang masih menunduk. Menghela napas, Zinnia menggeleng.

"Terus siapa, dong?"

"Tuh, Kusuma!" kata Zinnia asal.

Kusuma yang sekarang sedang bergelut bersama Jaya di depan papan tulis langsung menoleh. "Tiba-tiba aku? Jangan ngelawak anjing!" serunya tidak terima.

Semua anak Sebelas IPA 1 menatap heran. Termasuk Tina dan Laura yang sudah menutup buku tulisnya.

"Iya, kok tiba-tiba Kusuma?" Jaya merangkul pundak Kusuma. "Kawanku yang satu ini anak baik-baik. Cup-cup Kusuma sayang ... aku nggak terima kamu difitnah kayak gini!"

Kusuma membalas rangkulan Jaya dengan dramatis.

Zinnia mengangkat bahu dengan cuek. "Itu alasannya!" tukasnya makin asal-asalan. "Jaya kan suka sama Tina. Tapi Kusuma suka sama Jaya, makanya dia iseng buat umpetin duit Tina karena dia sebel sama Tina. Kemarin dia ngaku ke Pak Bambang, kok."

"Anjir homo!" seloroh Adit dari kursi belakang.

Jaya dan Kusuma langsung melepas rangkulan satu sama lain.

"Najis! Jangan fitnah setan!" ketusnya.

Lihat selengkapnya