Pagi yang cerah dengan kicauan burung kenari peliharaan sang ayah, membuat pagi Tasya lebih ramai. Tasya Anindita Gadis berusia 25 tahun dengan mata coklat dan rambut panjangnya yang hitam legam, merupakan anak tunggal pasangan Bagas Danuar Dan Dita Saraswati. Di usianya yang berkepala dua Tasya masih belum ingin menikah tapi bukan berarti Tasya tidak memiliki pasangan. Tasya memiliki seorang kekasih yaitu Putra Adinata yang usianya 3 tahun lebih tua darinya, hubungan mereka kini sudah menginjak tahun ke 4. Dan di tahun ini Putra benar-benar ingin segera mengesahkan hubungan keduanya.
Memulai pagi dengan sepiring nasi goreng udang kesukaannya membuat pagi Tasya semakin bersemangat, aroma masakan yang sangat menggugah membuat Tasya sangat lahap menyantap semua hidangan yang dimasak oleh sang ibu.
Dengan mulut yang masih mengunyah Tasya menatap sang ibu dengan penuh binar. "Pokoknya mamah itu paling the best deh,ini enak banget mah ...," pujinya.
Dengan bangga Bu Dita menepuk dadanya dua kali. "Siapa dulu dong mamah ... Rahasia Dapur Nyonya Danuar!" ujarnya dengan sombong.
Tasya mengacungkan kedua jempolnya pada sang ibu dengan senyum yang mengembang.
"Oh jadi cuman mamah aja nih yang the best, papah nggak?" celetuk Pak Bagas dengan pura-pura merajuk.
"Udah tua kamu pah, jangan ngambek malu sama uban," ledek Bu Dita sambil tertawa.
Tasya tertawa mendengar gurauan sang ibu dan ikut-ikutan menjahili sang ayah. "Iya ihh ... kakek satu ini kaya abg aja ngerajuk gitu."
Pak Bagas terkekeh dan berkata serius. "Yaudah kalo gitu, kamu cepetan nikah terus kasih papah cucu, biar papah jadi kakeknya gak cuman umurnya aja."
Wajah Tasya berubah. "Ih papah ko malah kesana sih," sebal Tasya cemberut. Tekanan dari orang tuanya untuk segera menikah membuatnya sedikit terbebani.
"Abisnya kamu ngatain papah kakek-kakek," balas Pak Bagas tersenyum hangat untuk menenangkan sang anak.
"Ih kan mamah duluan yang ngatain papah."
"Loh ko jadi mamah sih, mamah kan gak ngatain papah kakek-kakek loh, cuman bilang tua aja. Kamu yang bilang papamu kakek-kakek." Bela Bu Dita .
"Tau ah ...," ngambek Tasya.
"Dasar bocil, kalo kalah ngambek ...," ledek sang ayah.
Tasya tidak membalas hanya mencebikkan bibirnya manyun, membuat pasangan suami istri itu saling menatap dan terkekeh.
Bukan Tasya tak ingin menikah tapi secara mental dia belum merasa siap untuk mengemban tanggung jawab sebagai seorang istri dan seorang ibu. Dia juga takut dengan Putra, apakah Putra tidak akan berubah setelah menikah nanti, apakah Putra akan terus menyayanginya seperti sekarang.