Guru Privat Baru
Banyuwangi, Oktober 2009
Aku sedang membantu Bunda di dapur. Yang sebenarnya lebih bisa disebut mengacau. Ini salah menunya. Yang sebagian besar mengandung petasan. Sejak tadi tidak ada yang ramah di kulit juga telinga. Kecuali cah kangkung.
"Bun, masak sebanyak ini. Teman-teman Abang mau datang lagi?"
Acara makan malam kami sering kedatangan tamu tak diundang tapi cukup dinantikan oleh Bunda. Yang rata-rata memang anak kost-an.
"Loh, iya ya. Bunda malah nggak nyadar."
Wah, bercanda nih ibu ratu. Jadi sejak tadi uprek di dapur dengan gerakan refleks begitu.
"Terus ini siapa yang mau makan?"
"Feel Bunda mengatakan kalau akan..."
Ting tong ...
Ting tong ...
"Nah... benar kan Zoy!"
Bunda melepas celemek lalu bergegas menuju ke pintu utama. Beliau tampak bersemangat.
Siapa yang membunyikan bel? Tidak mungkin kawanan biang kegaduhan. Tapi Bunda juga tidak sedang menunggu seseorang. Ayah juga lembur katanya. Ah, sebaiknya aku menyusul saja.
"Siapa yang da-tang, Kakak?" Ini kejutan. Dia di sini, tanpa pemberitahuan.
"Loh, kamu kenal?"
Glek. Kami sudah membahasnya. Tapi aku belum memberi tahu tentang siapa dan seperti apa sosoknya.
"Dia orangnya Bun," seruku lirih.
"Astaga... kenapa nggak bilang. Silakan duduk Pak! Eh, Mas aja kali ya," Bunda tampak geli dengan perilakunya sendiri. Ada-ada saja.
"Zafran aja Tante."