Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #4

Cinderamata dari Yogyakarta

Cinderamata dari Yogyakarta

Banyuwangi, Desember 2009

Hari ini terasa amat panjang dan melelahkan. Diawali dengan ulangan fisika sebagai hidangan pembuka. Latihan soal bahasa Indonesia dari Bu Naura yang sedang PMS. Eh ... hidangan penutupnya membuat shock, ulangan matematika dong.

Ya, bisa dibayangkan bagaimana kondisi ku saat ini. Ibaratnya lapisan tipis air yang beku. Sentuhan lembut kan hancurkan aku.

Tapi rupanya kelas ku bukan satu-satunya yang mendapatkan tekanan batin. Karena begitu keluar, aku mendengar keluhan dari kelas-kelas tetangga.

Pasca studi wisata malah bikin mood para guru menjadi seganas singa. Apa mungkin wisatanya kurang lama?

"Sumpah, gue nggak ngerti. Guru-guru pada kenapa sih?"

Ku dengar gerutuan dan sisi kanan. Saat aku melihatnya. Ternyata itu Neha yang sedang beriringan dengan Saras. Mereka juga ya? Aku langsung menghampiri keduanya.

"Astaga Zoy, sumpah lo kacau banget," Neha tertawa puas begitu melihat ku.

"Udah kayak kerja rodi setahun," timpal Saras.

Terima kasih atas perhatiannya. Itu manis sekali.

"Kalian juga sama."

"Ish! Gue bete banget hari ini. Mana si Alit bikin ulah. Ringsek nih kaki," Saras juga mengeluh jika semalam latihannya cukup menguras energi.

Aku langsung menyemburkan tawa. Teringat jika saat istirahat tadi ada yang rajin olahraga.

"Pantes aja ya Ne, ada yang jogging siang-siang."

Neha pun juga terbahak. Tapi berikutnya suasana menjadi hening karena keduanya pamit pulang duluan. Butuh hibernasi, katanya.

***

Aku hampir lupa. Masih ada tugas yang harus diselesaikan. Semoga akan berakhir dengan cepat. Jujur, aku sudah sangat lelah.

Saat hendak menuju parkiran, aku bertemu Bu Wina. Seorang penjaga perpustakaan yang cukup akrab dengan ku. Tapi aku sudah sangat jarang mengunjungi perpustakaan.

"Wah, beruntung sekali saya." Wanita big size itu tersenyum lebar. Terlihat sangat bersemangat. Dan aku tidak mengerti apa maksudnya.

"Bisa tunggu sebentar Zoy?"

"Bisa Bu." Meskipun dalam hati ingin menolak. Padahal aku juga belum tahu apa tujuannya.

Wanita itu kembali dengan membawa sesuatu. Yang saat ku amati, ternyata sebuah buku. Tapi tebalnya bikin lumager.

"Tolong berikan ini untuk Reno, dia teman sekelas kamu kan."

Duh, ibu! Seharusnya dari tadi saja. Bagaimana kalau orangnya sudah pulang?

Lihat selengkapnya