Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #5

Sebuah Resolusi

Sebuah Resolusi

Banyuwangi, Malam Tahun Baru

Mengapa waktu berlalu teramat cepat. Sepertinya baru kemarin kami menikmati pergantian tahun. Eh ... udah ganti lagi.

Sejak beberapa hari terakhir sudah mulai terasa nuansanya.

Acara TV sibuk menampilkan kaleidoskop. Orang-orang juga heboh dengan beragam harapan yang ingin dicapai. Atau menyusun rencana untuk tahun berikutnya. Bahkan sampai ada yang rajin membuat jurnal.

Itu tidak terlalu penting bagiku, yang jelas liburan kali ini terasa lebih meriah. Memang bukan villa atau hotel mewah. Tapi halaman belakang rumah yang disulap menjadi lokasi yang cukup megah. Untuk acara barbeque-an. Di tambah kehadiran orang-orang tersayang.

Yaitu Neha, Saras dan juga keluarga mereka turut hadir di sini. Bisa bayangkan bagaimana riuhnya suasana di sini. Maklum, kerabat kami berada di luar kota yang cukup jauh. Sayangnya pasukan Bang Raka tidak turut serta. Pasti bisa lebih seru lagi.

Aku sedang memanggang bahan terakhir ketika mendengar suara berisik dari dalam. Loh, ada tamu lagi? Pikir ku.

Tapi seingat ku Bunda dan Ayah hanya mengundang orang-orang terdekat.

Rasa penasaran ku terjawab ketika suaranya semakin mendekat, dan aku melihat tiga orang bersama Bunda. Yang salah satunya adalah ... si guru privat.

Bunda tampak akrab dengan sosok wanita cantik nan elegan di dekatnya. Aku terlalu sibuk memperhatikan keduanya. Hingga tidak menyadari bahwa ada hal lain di depan ku.

"Astaga, gosong...," pekik ku panik, segera ku singkirkan daging yang sudah buruk rupa itu. Hiks! Menyedihkan.

Tapi dua orang di sana terlihat cekikikan. Dasar kalian.

"Makanya Zoy, fokus... fokus...," cibir Saras.

"Fokus kali Ras. Cuma beda tempat aja," sahut Neha sembari tertawa.

Bagus ya. Bahagia di atas duka.

***

Semakin larut, suasana semakin terasa meriahnya. Sambil menunggu detik-detik pergantian tahun. Kami duduk dan membicarakan banyak hal. Sayangnya sempat terjadi insiden memalukan.

Sudah ku bilang, aku dikelilingi orang-orang yang usil. Dan pastinya belum puas jika aku belum menjadi korbannya.

Masih ingat dengan hasil panggangan yang gosong? Tadinya aku sudah ingin memberikannya pada kucing liar yang biasanya berkeliaran di sekitar komplek. Tapi dengan yakin Saras memintanya dariku. Katanya mau di makan.

Sejak kapan dia suka sesuatu yang gosong? Oh, mungkin dia membuat gebrakan baru. Pikir ku.

Lihat selengkapnya