Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #7

From Math to Heart


From Math to Heart

Banyuwangi, Februari 2010

Konsekuensi menjadi anak tengah, yang hampir semua kepentingannya dibuat nanti-nanti saja. Belakangan ini cukup sering kelas kami dibiarkan kosong. Beberapa kali memang ada tugas, tapi lebih banyak free.

Menjelang ujian nasional memang membuat dewan guru super sibuk.

Sayangnya kedua sahabat ku sedang izin hari ini. Saras ada acara dengan keluarganya. Sedangkan Neha demam setelah privat renang bersama manusia terumbu karang.

Aku akan mengunjunginya nanti.

Karena sekarang aku ingin ke suatu tempat yang sudah lama tidak ku datangi. Semoga lady boss tidak sedang sibuk.

Lima belas menit tanpa hambatan, aku sampai di kawasan rukan. Yang jika ditempuh dari rumah akan memakan waktu dua puluh menit.

Gedung dua lantai yang minimalis namun estetis. Di mana ide cemerlang dan hasil karyanya yang luar biasa berada. Yup, aku sedang di butik milik Bunda.

Aku melihat sebuah mobil mewah yang ku rasa pernah ku lihat.

Oh iya, ini kan milik Tante Zara. Wanita pemilik senyuman menawan yang mengesankan. Dan tidak lain adalah ibu dari si guru privat. Jika diperhatikan, keduanya jelas berbeda. Ibunya sangat ramah, tapi putranya sering mengundang amarah.

Begitu masuk, aku sempat mengobrol dengan seorang pegawai yang sudah lama menjadi partner Bunda. Dan sudah seperti keluarga sendiri. Namanya Mbak Laras, sebaya dengan Abang. Sayangnya aku tidak bisa berlama-lama, karena ada pelanggan.

Aku menuju lantai dua dan langsung duduk di sofa. Melihat beberapa majalah mode. Sambil menunggu Bunda. Tidak enak jika masuk ke ruang kerja. Itu akan mengganggu.

***

Cukup lama aku menunggu, hampir tiga puluh menit. Lalu pintu berwarna hitam itu terbuka. Menampilkan dua wanita dengan raut bahagia, yang sedang tertawa.

Benar-benar terlihat seperti sahabat lama. Padahal keduanya baru saling mengenal beberapa minggu.

"Sayang! Kamu di sini? Sejak kapan?" Bunda menghentikan tawanya begitu melihat ku.

"Setengah jam lalu. Apa kabar Tante?" aku beranjak lalu menyalami wanita itu.

"Kabar baik sayang, kamu sendirian?" wanita itu melihat ke belakang ku. Seolah sedang mencari.

Lihat selengkapnya