Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #13

Kencana Wungu Residen

Kencana Wungu Residen

Banyuwangi, Agustus 2010

Jika bukan karena adat sopan santun, aku tidak akan segan ber serapah di depannya. Yang benar saja. Dan lihat bagaimana sikapnya, tidak merasa bersalah sama sekali. Seakan apa yang dia lakukan itu hal yang lumrah.

Ya memang tidak masalah, tapi sangat bermasalah karena dia tidak membicarakan ini sebelumnya. Kecuali kabar kepulangannya. Saat kami mengobrol di telepon minggu lalu.

Oh, tidak hanya itu. Dia juga sudah membuat ku sangat kesal. Bagaimana tidak. Aku sudah menciptakan kegaduhan, karena insiden motor hilang.

Satu jam sebelumnya ...

Aku sedang mengobrol di serambi mushola bersama Tania dan Risty. Sambil menunggu parkiran agak sepi. Karena motor kami sama-sama berada di tempat terpencil.

Lalu saat tiba waktunya untuk mengambilnya, aku tidak menemukan si lemper. Tentu saja aku langsung shock. Tidak mungkin ada pencuri kan. Ah,itu sangat ngawur. Tapi di mana motor ku? Aku ingat betul memarkirkan benda itu di sini.

Aku menangis tanpa peduli situasi sekitar.

"Loh, Zoy! Lo kenapa?"

Aku tidak tahu itu suara siapa, dan tidak berminat untuk tahu juga. Pikiran ku sedang kacau.

"Sya, lo lihat motor Zoya nggak?"

"Ya enggak lah. Ini ada apa sih?"

Tania berbaik hati menceritakan apa yang sedang terjadi. Tapi sayangnya respon pemuda itu mengundang emosi jiwa. Ternyata itu adalah Arasy

Dengan santainya dia mengatakan bahwa mungkin saja aku lupa jika hari ini tidak membawa motor.

Ya Tuhan ... aku memang pelupa tapi tidak pikun juga kali.

"Heh! Lalu untuk apa aku bawa kuncinya," ku tunjukkan sesuatu sebagai bukti. Dengan raut kesal tentunya. Pemuda ini memang sangat mengada-ada.

"Sabar ya Zoy! Ck, lo sih. Bantu cariin kek."

"Iya iya!"

Arasya melangkah pergi. Aku tidak tahu akan ke mana tapi belum jauh ia berjalan, tiba-tiba ada yang mendatangi ku.

"Tenang saja, motor kamu aman. Ayo pulang!" Raut teduh dan menenangkan berada tepat di depan ku. Sayangnya tidak cukup untuk melebur suasana hati ku.

Tentu saja aku bingung. Dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Juga ucapannya. Tapi ya, aku tidak akan mendapatkan penjelasan dengan mudah.

Jadi, mengikuti alur itu lebih baik.

***

Serangkaian insiden itu mengantarkan ku pada situasi saat ini. Meskipun bukan kali pertama aku memasuki rumah ini. Tetap saja terasa asing. Jelas saja, situasinya berbeda dengan sebelumnya.

Dan pergi ke mana pemuda itu?

Sudah lebih dari sepuluh menit, dan dia belum kembali. Astaga, ini keterlaluan.

"Sayang, kamu sudah dari tadi? Maaf ya, Tante terlambat. Ada meeting dadakan tadi. "

Tante Zara menghampiri ku dengan buru-buru. Cukup mengejutkan karena kemunculannya yang juga dadakan.

Tapi mengapa demikian? Terkesan seperti kami sudah membuat janji sebelumnya. Padahal seingat ku tidak sama sekali. Bahkan kami tidak saling berkomunikasi sebelumnya.

"Enggak apa-apa Tante. Zoya yang harus minta maaf. Tante pasti sibuk di kantor." Ini masih jam kerja dan wanita ini terburu-buru pulang. Yang menghubunginya untuk pulang pastilah orang kurang kerjaan. Sejujurnya aku sendiri tidak paham apa yang sedang dia rencanakan.

"Tentu tidak sayang. Zafran sudah mengatakan jauh-jauh hari. Harusnya Tante buat persiapannya."

Tunggu sebentar, ini maksudnya bagaimana sih?

"Persiapan? Untuk apa Tante?"

"Loh! Bukannya hari ini...," tiba-tiba ucapannya terhenti. Tapi tatapannya menuju ke arah lain, seperti sedang melihat sesuatu. Aku memutar badan dan mendapati pemuda yang tengah membawa sebuah kue. Dengan diterangi cahaya lilin.

"Kejutan...!"

Aku mematung di tempat. Apa ada perayaan khusus. Seingat ku ...

Satu ...

Tiga ...

Lihat selengkapnya