Girls Day Out
Banyuwangi, Bazar Buku Tahunan
Mengapa saat genting begini, benda-benda yang ku butuhkan mendadak punya jurus langkah seribu. Ya Tuhan ... ke mana mereka semua? Aku sudah sangat terlambat.
Sebenarnya ini salah ku juga. Yang bangun kesiangan karena hampir semalaman kami mengobrol di telepon. Maaf, efek LDR agak merepotkan pemirsa.
Oke, lupakan.
Aku menuruni tangga sambil berlari, hingga menciptakan kegaduhan.
"Kamu nyari apa sih? Dari tadi Bunda perhatikan sibuk banget," suara dari dapur menginterupsi.
"Bunda lihat sepatu putih nggak?" Seruku, sembari membongkar rak sepatu di bawah tangga.
Tak lama Bunda menghampiri. "Itu kan putih semua sayang. Bukan hijau apalagi merah."
Oh, aku lupa. Seharusnya lebih spesifik. "Flatshoes dengan aksen pita. Hadiah dari Abang."
Bunda meninggalkan ku entah ke mana. Lalu kembali dengan benda yang ku cari.
"Loh, ketemu di mana Bun?" Aku menyambutnya dengan bahagia, lalu mengenakannya dengan segera.
"Ada di rak belakang. Bukannya kamu yang simpan kemarin?"
Iya juga ya. Benar kata pak guru. Ingatan ku memprihatinkan. Hiks!
Dan ku rasa semua ibu punya keajaiban tersendiri. Bisa tahu semua hal.
"Makasih ya Bun. Zoya berangkat sekarang," ku cium punggung tangannya lalu beralih pada kedua pipinya.
"Hati-hati sayang!"
Aku hanya merespon dengan mengangkat jempol.
Semoga mereka tidak murka padaku.
***
Sepanjang perjalanan aku merasa gugup. Namun juga berusaha menyiapkan diri untuk menerima konsekuensi.
Tibalah aku di depan pintu pagar yang menjulang setinggi harapan.
Dengan langkah perlahan aku melewatinya. Sambil membayangkan bagaimana reaksi mereka.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Keduanya menyuguhkan senyuman manis saat melihat ku.
Jujur, aku merasa ada janggal. Percayalah, respon seperti tidak terjadi apa-apa setelah berbuat kesalahan. Itu jelas sangat aneh.
Saras dan Neha benar-benar tidak mempermasalahkan kecerobohan ku. Bahkan hingga kami tiba di lokasi pun, keduanya tampak biasa saja. Padahal aku sudah mempersiapkan diri tadinya.
Demi menghemat waktu, kami berpencar. Memang pada dasarnya kami berbeda genre.
Saras, cewek yang terkesan maskulin ini sangat menggemari sastra romansa. Tapi dia juga suka cerita fantasi. Paling merepotkan jika bentuknya sekuel. Terakhir kali ATM nya sampai dibekukan oleh Tante Dewi.
Alasannya, Saras menguras saldonya demi melengkapi koleksi novel karya JK Rowling, plus segala pernak-perniknya. Yang benar saja.
Apakah dia kapok? Tentu saja tidak. Saras berencana untuk mengoleksi buku lainnya. Yaitu kisah si vampir ganteng. Ini juga nggak cuma satu buku.
Duh ... memang nekat nih anak.