Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #17

Terungkapnya Sebuah Rahasia (1)

Terungkapnya Sebuah Rahasia (1)

Banyuwangi, hari ke-7

Aku masih tidak bisa menahan tawa, melihat bagaimana raut kesal mereka. Sudah dua hari aku tidak bertemu keduanya. Dan sekarang mereka di sini, itu sangat membahagiakan. Sayangnya aku harus mengacaukan rencana manis keduanya.

Maaf, sebenarnya bukan salahku sepenuhnya. Mana ada orang yang ingin memberikan kejutan tapi berisik bukan kepalang. Begitu mereka masuk sambil mengatakan, "surprise...!"

Aku hanya menyuguhkan ekspresi datar. Ah, harusnya aku pura-pura kaget ya. Tapi itu kan reaksi yang refleks juga.

Hasilnya, mereka kecewa berat. Meskipun hanya sesaat. Dan kini keduanya sedang hidmat menunaikan kewajiban.

Melihat mereka sangat serius dengan kesibukan masing-masing, aku jadi merasa kesal. Sudah banyak hal yang aku lewatkan. Setelah ini aku harus lembur untuk tumpukan tugas sekolah.

Huft! Memikirkannya saja sudah membuat ku pening.

Neha sedang mengerjakan PP untuk mapel biologi. Ini tugas paling dihindari biasanya. Lebih mending bagian presentasi. Hehehe!

Sedangkan Saras, jangan ditanya. Dia tidak kalah sibuk dengan laba semu nya. Itulah mengapa aku tidak berminat mengambil jurusan IPS. Lebih baik menghitung kecepatan apel jatuh kan. Itu menurut ku.

Baiklah, biarkan mereka menunaikan tugas dengan baik. Aku tidak akan mengganggu. Ku ambil ponsel yang berada di samping brankar. Namun, tiba-tiba aku dikejutkan dengan pekikan seseorang. Hhhhh, Untung saja tidak jatuh. Bisa remuk nih pasti.

***

Menertawakan teman yang sedang ditimpa kesusahan, itu jelas tidak baik ya. Tapi realitanya, justru terasa seru. Mau bagaimana lagi, menghadapi situasi seperti ini memang butuh disenyumin juga. Meskipun efek menyesal juga melimpah ruah.

Jadi sebenarnya, suara pekikan beberapa saat lalu berasal dari Neha. Karena laptopnya mati mendadak, dan bagusnya lagi dia belum menyimpan file nya. Memang sih, belum tuntas dibuat. Tapi tetap saja kan.

Kini dia harus mengerjakan dari awal. Dengan menggunakan laptop milikku. Tak usah heran ya, jangan kan hanya laptop, perpustakaan saja bisa dipindahkan ke sini. Katanya biar aku tidak bosan. Meskipun realitanya aku tetap ingin cepat pulang.

Semoga hasilnya tidak mengecewakan ya Ne. Karena dia tampak kesal dalam melakukannya.

"Kamu nyari apa? Sampe bongkar isi tas segala?" Aku heran melihatnya tampak begitu sibuk.

"Mampus gue! Flashdisk ketinggalan. Ya Tuhan... ada-ada aja." Neha mengacak-acak rambutnya sendiri. Jelas dia tampak frustasi.

"Pakai punyaku aja. Ada di laci." Itu tidak sengaja terbawa. Aku sedang bernostalgia, dalam rangka merindukan seseorang.

Dengan langkah gontai gadis itu mengambil sesuatu dari dalam laci. Lalu kembali ke tempat.

Namun, tiba-tiba aku merasa seperti ada yang janggal. Tak sengaja aku melihat benda mungil berwarna biru. Yang ditancapkan ke laptop. Ya Tuhan ... itu kan ... rasanya aku ingin melompat turun.

Sudah terlanjur, aku hanya berharap Neha tidak iseng.

Lihat selengkapnya