Kejutan Kotak Hitam
Banyuwangi, Oktober 2010
Pergerakan ku masih agak terbatas pasca kecelakaan bulan lalu. Meskipun balutan di kaki sudah tidak ada. Aku masih harus memakai tongkat sebagai penyangga. Cuma satu sih, tapi tetap saja. Terasa tidak nyaman.
Dalam situasi seperti ini, ada seseorang yang selalu bersemangat untuk menemaniku menjalani fisioterapi.
Seperti hari ini, padahal Bunda, Ayah hingga Bang Raka sudah memintanya untuk tidak repot-repot.
Tapi sayangnya yang dihadapi adalah si kepala batu. Jadi selama dia di sini. Mereka tidak akan melarangnya.
"Kakak mau langsung pulang?" Aku tidak tega melihatnya. Sepertinya dia sangat lelah. Dan, mengapa aku merasa pemuda ini sedang memikirkan sesuatu?
"Aku temenin sampai Abang datang." Pemuda itu duduk di kursi teras.
Oh, bagus kalau begitu. Setidaknya dia bisa rehat sejenak.
"Kamu masuk aja, dokter bilang harus istirahat kan."
Aku tidak beranjak sedikit pun lagi pula ada berbagai macam cara untuk memulihkan tenaga. "Nggak harus tiduran kan. Aku akan tetap di sini."
Lalu aku teringat akan sesuatu, aku tak tahu ini waktu yang tepat atau tidak. Aku hanya ingin penjelasan. Karena hari itu aku kurang beruntung. Mbak Yura sedang tidak di rumah, jadi sampai saat ini aku belum mengetahui apapun.
"Kak, aku mau tanya sesuatu. Tapi tunggu sebentar di sini." Aku beranjak masuk. Untung saja benda itu sudah ku pindahkan ke kamar tamu. Demi kemudahan, aku harus mengungsi. Sampai benar-benar sembuh.
Aku memang sudah mempersiapkan ini sebelumnya. Lalu kembali dengan sesuatu yang dititipkan seseorang. Ku serahkan padanya tanpa basa-basi.
"Apa ini, Zoy?"
"Buka aja! Oh iya, pengirimnya juga menitipkan permintaan maaf."
"Siapa?"
Give me time. Seingat ku namanya tidak terlalu sulit. Tapi aku tidak mengingatnya. Ah ... entahlah.
Aku hanya meringis sumir. Yang direspon dengan gelengan kepala.
Pemuda itu langsung membuka kotaknya. Dan aku langsung takjub melihat isinya. Sebuah jam tangan yang sepertinya dipesan secara khusus. Desainnya keren. Aku sangat ... eh, ada apa dengannya?